Sabtu, 25 Desember 2010

Bermain dengan Bintang



Berat mata ini untuk terbuka lebar-lebar
tapi hati ini terjaga dengan siaga
Dipayungi langit hitam ku berteduh
Dari hujan dinginnya malam yang indah ini

Menengadah ku lihat bintang
Ah..Ada Orion tepat di atasku
Bintang Sirius tetap memancarkan auranya
Tak jarang membuat iri bintang lainnya

Benar-benar tenang ku menenang
lihat ku lihat, saling melihat dengan bintang
kerlip malu-malu menghias konstelasi
Betapa manisnya ketika kau tergaris di langit

Lirih putih tipis awan melintas
menjadi tempat bersembunyi bintang-bintang yang malu
malu ketika kita saling melihat
kini aku di antara awan dan langit

seperti bermain-main
hatiku selalu hangat
hanya memandang bintang malam ini
cukup ku pandang bintang malam ini
cintaku untuk bintang di langit malam

Minggu, 12 Desember 2010

Song About Us


Hari-hari kuhabiskan hanya untuk menulis lagu
yang kupersembahkan untuk kau yang jauh di sana
Bait bait yang ku ukir ku buat seindah mungkin,
Tanpa ragu tanpa bimbang lirik ku torehkan

Betapa elok hasil karya yang kau buat
Kau persembahkan agar ku bersuka cita

Bila kita bertemu kembali mari kita, sing together
Bila waktu mengijinkan kita tuk kembali tertawa ria
Hingga tak ada yang bisa menggugat our special world
Untuk bersama kita nyanyikan song about us.

Hari-hari ku habiskan tuk menyanyikan lagu
Yang kau persembahkan untuk Ku yang jauh di sini
Tiap lirik yang ku pajang di dinding yang penuh arti
Akan bahagianya saat kita bersama.

Arungi dunia yang penuh dengan melodi
Dan sungai memori kita oh mengundang tawa

Bila kita bertemu kembali mari kita, sing together
Bila waktu mengijinkan kita tuk kembali tertawa ria
Hingga tak ada yang bisa menggugat our special world
Untuk bersama kita nyanyikan song about us.

Senin, 06 Desember 2010

Rindu pada Bintang



Dingin malam memotong-motong bait
Dalam hening, senyap-senyap suara terngiang
Kata itu, sepatah saja terucap
Rindu

Aku Rindu pada Bintang
Seperti rindunya awan kepada lautan

Air yang terpisahkan dari laut
Diangkat oleh Surya ke langit menjadi awan
Dihembus oleh Indra menuju daratan
Dan jatuh ke daratan terpecah pecah

Aku Rindu
Seperti rindunya Artemis

Artemis yang selalu jatuh ke Bumi
Bumi biru nan indah
Dia terjatuh tapi tak pernah sampai bumi
Artemis yang rindu, terjatuh hanya dengan mengitarinya

Atau sebut saja aku perindu
ataukah hanya pembual saja
meski sedang rindu

Apakah rindu ini berarti?
Iya untuk ku, sangat untuk ku

Karena itu, Dinda
Jikalau kau tak memahami
Anggap saja ini bualan
karena memang tak bermakna
Tapi rindu sang Pembual ini, Dinda
Yang memaknai bualannya

Aku Rindu padamu Bintang

Jumat, 19 November 2010

Menanti Hujan Bintang



Malam ini pengap, gerah
Langit tak cerah terang
Awan lembut jadi tirai birai
Hanya bias bulan tampak

Sekilas ku ganti bait rasa cara kata

Sun tukan kan kantuk kutuk
Mung mung takun tukan latan
Talan lantata sembira gembira
Meracau kacau musika ketika

Tanti menanti ting tang bintang
Lup lap gemerlap kabur buram
Suar suram masih derai rai rai
Rurrrrrrrrrr...saaaaaaaasssssss

kicau kicau langit langit
gelap gelap sedung sendu
mendung durga dandang suka
hujan hujan dinanti dinantiba

menanti hujan bintang
menanti hujan bintang
sepah sepuh sepih puh puah pah
tak tuk jurug jurugan

Meracau kacau musika ketika
baca saja tanpa makna
ucapkan saja begitu adanya
anggap saja sebagai suara tak bermakna

menanti hujan bintang
menanti hujan bintang
malam malam gerah gerah
menengadah adah tatap cakrawala

hingga larut urat malam
meracau kacau musika ketika
menanti hujan meteor
menanti hujan meteor

Kamis, 28 Oktober 2010

i

Inilah yang terjadi
Ketika ku merenung waktu pagi
Berpikir sesuatu yang pasti
tapi terlintas tentang dia tadi

Aku pun terlintas sebuah puisi
Tapi kenapa harus selalu kiasan berapi
Yah, Kadang ini harus kutulis tanpa arti
Supaya dia membacanya dengan murni

Yah, inilah prosa isi hati
Pembual ini menulis dan mencari
Kata-kata tepat untuk di tulis sekali
Yang tak perlu mengartikan dengan imajinasi

Baca saja prosa seperti ini
Rasakan saja apa yang tertulis di sini
Tak perlu kau maknai dengan hati
Tapi cukuplah kau mengerti

Ya, ini Prosa isi hati
Pembual ini menulis dan mencari
Kata-kata indah tersusun rapi
Dan apa yang di hati, kuungkapkan dengan 'i'

Kaulah yang aku cintai
Kadang hamparan dada ku beremosi
Hingga berjejal puisi merajai
Ya, karena kau orang yang ku sayangi

Malu aku pun malu menatapi
Kedua matamu ketika bertemu nanti
Malu aku malu jujur mempersembahi
rasa sayang yang terpatri mati

Malu aku pun malu dilihati
Mereka dan kau yang membaca prosa ini
Tapi semua harus kulewati
Karena hatimu ingin ku gapai

Ya, ini Prosa isi hati
Pembual ini menulis dan mencari
Kata-kata indah tersusun rapi
Supaya kau mengerti

Selasa, 26 Oktober 2010

Kicau



Lihat, kicaunya merdu dari seberang
burung yang menarik hati
tak perlu kibaskan sayap tersingkap

Lihat, kicaunya membalas dari satu seberang
burung yang menarik hati
yang erat genggami ranting penuh buah

Pagi yang cerah merasuk dalam mega
Menambah aroma indah dengan kicauannya
saling bersautan terdengar lucu dan menenangkan
Menelisik dan membisikkan pesan kepada sang Pembual

Hmmm, dia seorang pemburu,
jiwa nya saja pemburu,
mendengar kicauan itu dari satu sisi saja
Wow, menarik hati
Ingin dia siapkan jala besar
Jala yang tak ada burung mampu menghindarnya

Kicau, kicau, kicau

Pemburu itu terus mendengarkan
mendengar, mendengar, mendengar

Hmmm, dia seorang penyayang
tak lagi memburu,
Karena terlalu sayang jika terperangkap
dalam jala dan sangkar

Berbual saja,

Berkicau, berkicau, berkicau
Indahnya, kicauan burung itu saling bersautan
Di dengar saja dan nikmati dari alam
alam penuh bualan

Minggu, 24 Oktober 2010

Bersabarlah Dinda

Hujan ini masih air
Dinda,
Bukanlah hujan karena air mata
Dinda,
Dan tak membawa derita
Dinda,

Masihkah kau mampu menelan
Di antara manusia-manusia ini
Tapi tetaplah, jangan bersedih
Dinda,

Ini adalah masa bukan masa mu
Bersabarlah sampai suatu masa
Bersabarlah Dinda

Nanti kau akan melihat melimpah
Tanahmu kaya sesungguhnya itu
Anakmu akan makan lebih kenyang
Bersabarlah Dinda

Dan,
Masihkah kau mampu menelan
Di antara manusia manusia itu
Tapi tetaplah jangan bersedih,
Bersabarlah Dinda

Jumat, 22 Oktober 2010

Untuk Mbak Yu

ayo mbak yu, tak kasih prosa pagi ini, dimulai dengan menyebut asma Tuhan.

Ayam berkokok saling bersahutan
Sorotan surya seperti tirai langit
Langkah derap bocah-bocah berlarian,
Di antara mbak yu yang menyiapkan hidangan

Mbak yu mengawali pagi bagi kang mas nya,
Menyalin semangatnya Srikandi
Mbak yu, bergegas merapi-rapi yang kudu rapi,
Demi sawangan yang indah untuk keluarganya

Wadoh, Super women banget mbak yu,
Sudah siap-siap ngepel lantai yang baru aja di sapu

Biar pagi mambu keringat,
bumi digegerke Merapi demo,
mbak yu tetep lanjut cuci bajunya Kang Mas

Wedyan para Kang Mas,
mbak Yu itu titisan Superman,
makan nya ga sebadog kang mas makan pas Ngangsu

Gitu lho para Kang mas,
mau gantian mboten sama mbak yu ne
Semoga para Kang mas lebih legowo kalo tiba2 di buatin kopi asin,
atau kalo di buatin nasi jagung

Itulah sekedar prosa buat mbak yu,
mbak2 sing pasti do ayu2,
mbak2 sing wonder women.

Dan sebagaimana ada awal ada akhir, prosa di tutup dengan rasa terima kasih kita sekalian kepada Sang Tuhan karena menciptakan Mas dan Mbak Yu, END

Rabu, 20 Oktober 2010

Halte 4 tahun



Di sebuah halte teduh aku datangi
Karena beberapa saat ku perhatikan
Ada bus wisata cantik yang melintas

Ku pikir aku bisa turut dia
Menaikinya untuk berkeliling dunia
Hingga ku tunggu bus itu di halte teduh ini

Kulihat bus itu mendekat,namun ternyata lewat saja

Ya, ku tunggu saja, barangkali bus itu sedang tak berhenti di sini
yang ternyata saat itu dia singgah di halte lainnya

Ya, ku tunggu saja, barangkali bus itu akan berhenti di sini

dan ternyata sudah 4 tahun aku duduk di halte bus yang teduh ini
yang justru bus lain yang sering lewat di sini
mampir selalu di halte ini, dan itu bermacam-macam
dan sering menarik ku untuk turut menumpang

tapi aku sedang ingin berwisata
dan hanya bus wisata itu saja yang bisa membawaku

Ya, ku tunggu saha, barangkali bus itu akan memberi tumpangan padaku

tapi, sudah terlalu lama ku duduk
lama-lama rasa gerah ini muncul
kini aku sudah mulai melihat-lihat arlojiku
hmm.. 4 tahun ya
Lebih baik aku bergerak sebentar daripada menjadi arang

Hai 4 tahun, sebenarnya aku yakini
namun karena aku saja yang takut dan malu
aku takut kalau-kalau bus wisata itu justru menabrakku bukan memberiku tumpangan
aku malu karena sampai sekarang aku tak menelepon pelayanan bus itu

Ya, semua cuma karena aku takut dan hanya malu
yang membuatku terus duduk di halte ini

Tapi seorang bijak berkata padaku
dia menasehati bukan memberi bualan seperti yang aku lakukan
"Janganlah kau egois terhadap dirimu sendiri,
Jika kau ingin berwisata, kejar bus wisata itu!"

Nasihat yang menyejukkan
namun menjadi dilema
karena meski telah lama
namun seperti melakukan sesuatu yang baru
atau mengulang dari awal

Yah, 4 tahun halte bus ini menghidupi ku
sementara saja
Untuk 4 tahun, mungkin saja sekelebat bus itu pernah lewat
tanpa aku sadari atau ketika aku tertidur

Yah, untuk 4 tahun
4 tahun, 4 tahun
4 tahun di halte bus

Rabu, 13 Oktober 2010

Running Out Of Time

They say life is much precious
Every day is like a gem
Then days with you are diamonds
...I enjoy each one of them

And those who adore starshine
With them I won’t better fight
As lying here beside you
Makes me treasure every night

Still good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Sweetest darling, please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…

They say love is a flower
Then what we have is a rose
Watered by your kisses
In my heart her blossom grows

Though in spring fresh rain and warm breeze
Let thrive every dainty bloom
Don’t forget the stem soon weakens
As comes heavy autumn gloom

Dear, good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Pretty baby, please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…

I feel hours falling
Into vain like grains of sand
Know when there just remains darkness
I will miss your loving hand

And the sweet words those you whisper
I‘ll let echo in my ears
When instead of your lips on my cheek
There will be a trace of tears

‘Cause, good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Take my life, but please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…


(Nice lyric/poem from my friend from Slovakia, Gabriela Ďuricová)

Sabtu, 09 Oktober 2010

Pelari



Ada sebuah pertandingan
Di situ ada Penyair yang ikut
Tak cakap dia berlarinya
kerana syair saja dia bisa

Akhirnya semua di mulai
Semua bersiap sedia
dan lari lah mereka macam harimau
seronok lah

Penyair saja yang berbeza
baru di tengah dia terengah lelah
Paling tidak dia berjalan saja
Lajunya pelan tak apa sebentar beristirahat

Dia liat tak ada lagi penantang
Sesama pelari itu
Ternyata dia sendiri saja berlaga
Hanya lintasan yang menemani
Sambil dahaga merasuk

Sambil berjalan berdendanglah dia
Syair-syair Melayu nan elok
Bagaikan pelita ketika malam
Sebagai teman saja penyair itu berjalan

Dia harap pulihlah tenaga
Supaya bisa perlahan kemudian lari lagi
Sampai garis akhir
Harus sampai garis akhir
Meski tak juara
Tapi bermakna kemenangan

Jumat, 08 Oktober 2010

Lilin



Malam datang tiba-tiba
Aku bingung karena buta
Tak lihat apalah yang ku jamah ini
Sampai peri api menyedekahkan api
dan di berikannya kepada lilin

Ku bisa melihat sekarang
Meski remang-remang tak jelas
Aku bisa tahu apa yang ku jamah
Yang tajam atau yang tumpul

Sekelebat saja bayangan
Karena api yang tertiup
Mengagetkanku tadi

Semakin malam dan gelap
Ku lihat batang lilin itu
Makin tergerus hangatnya api
Makin turun mendekati meja
Menjalari tubuhnya yang ramping

Akupun berpikir, "sampai berapa lama lilin itu akan menyala?"
"Bisakah dia tetap menerangiku sampai malam usai?"
"Sampai kapan ya? Apa lilin itu kuat sampai selama itu?"

Dan sampai malam tak terhitung jam
hanya itu yang ku pikirkan saja

Minggu, 03 Oktober 2010

Bunga itu Saja

Aku melihat sebuah taman bunga
Terdiri dari berbagai macam nan indah
berkeliling melihat-lihat
sampai ku lihat bunga itu cantik sekali

Aku mendatangi pemilik kebun
Bertanya, apakah aku boleh memiliki bunga itu
Dia menjawab, "Jika kau bisa mencabutnya,
Tanpa merusaknya, Dan terjaga keindahannya,
Ambil lah!"

Dengan kegembiraan ku datangi bunga itu
Dengan ku bawa peralatan berkebun yang ku pinjam
Dengan cepat ku datangi bunga itu
Dengan ku bawa keceriaan yang tiba-tida ku dapat

Lalu ku duduk di sampingnya
Ku amati bunganya, daunnya, batangnya
Wow, apakah batang ini rapuh?
Karena kecil dan tak terlihat kuat
Wow, apakah batang ini kuat?
Karena terlihat akar yang menopang dengan rapat

Galau pun melandaku
Apakah bunga itu harus ku miliki?
Bagaimana jika kemudian ku merusakkannya?
Karena taman itu hanya punya 1 bunga tiap jenisnya

Galau pun melandaku
Bijakkah aku jika harus mencabutnya?
Bagaimana jika akarnya menjadi tidak kuat?
Sehingga bunganya menjadi tidak indah lagi

Aku pun kembali ke pemilik kebun
Dan bertanya kembali kepadanya
Apakah bijak jika aku memlikinya?
Bagaimana kau bisa memilikinya?

Dia pun menjawab, "Aku tidak memliki bunga-bunga itu,
aku hanya memiliki kebun ini saja,
Karena bunga yang indah sepantasnya tidak bisa dimiliki,"

Baiklah, lebih baik ku pandangi saja ke indahannya di kebun ini
Tak akan ku petik ataupun ku cabut bunga itu
Biarlah bunga itu tetap mekar dan semakin cantik

Jumat, 01 Oktober 2010

Eyes will Tell



bayangkan saja apa yang aku puisikan,,,

Yang Sudah Rapuh

Di sini ku melihat ke bawah ada dunia
Tempat yang menakjubkan dan indah
Dimana bahasa adalah mukjizat

Ada alunan melodi alam
Melantunkan cinta sang Pemahat
Meraba-raba likuk udara

Kepada bumi terpijak ku bertuturkan

Aku datang dari dunia lain, merangkul fana,
menjelma menjadi liat,
mematung tak daya,
rapuh dan terasing,
dan menunggu hancur.
Tapi setidaknya akan bertahan satu abad lagi
karena ada patung di seberangnya
yang ingin ia temani sampai senjanya

Kepada sang Pemahat aku memohon
Tolong kuatkan aku
Jangan biarkan aku hancur dahulu
Untuk setia menemani patung di seberang itu

Rabu, 29 September 2010

Tiga Suasana

Siang

Cerahmu menceriakanku
Dengan awan putih yang tersusun rapi
Mereka berlarian di hati ini
Dan melindungi cintanya dari matahari

Panas menyemangati insan ini
Untuk berlari mengejar hidup
Sambil mencari-cari awan yang mencinta
dalam citra terangnya siang

Sore

Hinggaplah awan mendung di genteng gedung ini
Berputar-putar saja dan tak bisa di usir
Semakin gelap dan semakin gelap
Hangat tadi memendungkan tapi hati ini tak akan mendung

Hanya butuh sedikit sentilan
untuk membuatnya hujan
yang membuat para khalifah berlari menyingkir
Dia itu sebenarnya bercanda padahal itu rizki

Gelap

Karena ku tulis dalam ruangan
Menulis suasana hati sang awan
Refleksikan diriku ini
Apa benar? karena ini hanya bualan

Tapi jangan hujan sekarang
Aku sedang berlari membawa buku
Nanti kau membasahi ku
Dan mematahkan semangat hati ini sementara
Tunggulah sejenak, tahan hujanmu
Sampai ku pulang
Ke dalam dunia yang ku buat untukmu

Bual Tanya Cinta

Aku tak bertanya kepada matahari
Karena Dia yang menyinariku
Aku tak bertanya kepada bulan
Karena Dia penerang malamku
Apalagi dengan bintang-bintang
Karena Dia menjadi penunjuk jalanku

Cinta menjawabku padahal tak kutanya
Cinta menemaniku padahal tak kuminta
Cinta mendatangiku padahal tak ku undang
Cinta merasuki ku tanpa ku suruh

Oh, betapa hangatnya cintaku ketika bersyair
Meski sesungguhnya aku hanya berbual saja
terlepas dari keinginan akan ego ide-ideku
Aku ingin mencintai Dia
Mencintai Dia dengan sangat dan tulus

Kini tanyaku hanya kepada Dia
Apakah Kau bersedia aku cintai?
Karena aku tak mungkin bertanya kepada matahari, bulan ataupun bintang.

Kamis, 23 September 2010

Sendiri

Dalam keramaian aku sendiri
Hanya duduk kesepian diantara ratusan pejalan
Kosongnya aku padahal suara manusia berjejalan

Kosongnya diriku

Aku menanti dan memanggil
Yang mampu menjadi pembuat senyum
Meski senyum itu hanya sedetik saja

Tetap ku tunggu di sini

Tak datang, tapi ku bertahan
Dengan seabreg kekacauan diriku ini
Hanya terdiam di keramaian saja

Lalu ku berjalan menuju ke tempat berlutut
Melihat buramnya langit yang menangis
Mengerang-erang tak henti
Membuatku semakin mendiam menunggu dia diam

Hingga ku sadar ku ingin tetap berdiam
Tanpa yang menemaniku
Yang mungkin mengukuhkan jiwa raga

Diriku jauh kesendirian

Aku pun pergi menerjang tirai hujan
Harapku itu kubuang sudah untuk hari ini
Kini ku hanya duduk di pinggiran jalan
Tak melakukan apa-apa
Hanya duduk diam menunggu
Sambil di guyur hujan yang tak mereda

Benar-benar kacaunya diriku
Kacaunya diriku
Benar-benar kacau

Kamis, 09 September 2010

Tolong Terima

Maaf
Ini bukanlah syair
Maaf
Ini bukanlah lirik
Maaf
Ini bukanlah kata bijak

Kali ini sang Pembual takkan berbual
Karena hal ini adalah sesuatu yang tulus
Sang Pembual hanya ingin sesuatu yang esensi

MAAF

MAAF

MAAF

tolong terima maaf ku ini

Rabu, 08 September 2010

Tidurlah Dinda

Dingin ini makin terasa
Sunyi ini makin terdengar
Sepi ini makin terlihat
di tempat ku bernaung

Malam pun semakin gelap
Bulan kini tak tampak
Bintang kini sembunyi
Di balik sang awan

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Orang-orang kini terlelap
Seusai mencari nafkah
Walau habiskan hari
Inilah yang di tunggu

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Nanti ku kan berkunjung
Di Dalam ruang mimpimu
Mimpi yang kan kuindahkan
Dengan canda dan tawa ku

Segeralah kau tidur
Agar ceria esok
Hingga kau dapat kejar
Hari-hari indah di sana

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Jika Dirimu

Hatiku semerah sang senja
Di antara bukit yang hijau
Sehijau perasaan jiwa
yang selalu rindukan cinta

Aliran sungai yang sendu
Membawa air mata hati
Di kala karang batu menghadang
Memecah buih jernih rasa sayang

Dahulu engkau tak tampak
tapi kini engkau bersinar
Di lubuk hati ku yang paling dalam

Jika dirimu tahu
Semua yang kurasakan
Sungguh teramat berat tuk mengatakan
Ku cinta padamu

Akan ku tunggu hingga saatnya tiba
Apa yang terpendam jauh di diriku
Akan ku tunggu sampai engkau pulang
Ke dalam dunia yang ku buat untukmu

Dahulu engkau tak tampak
tapi kini engkau bersinar
Di lubuk hati ku yang paling dalam

Jika dirimu tahu
Semua yang kurasakan
Sungguh teramat berat tuk mengatakan
Ku cinta padamu

Engkau tahu
Dan apabila kau tahu
Sungguh bahagia bila dapat ku katakan
Ku Cinta Padamu, Ku Cinta Padamu

Selasa, 07 September 2010

Bintang Sang Pembual

Sang Pembual sedang bisu
Tanpa nada dan rima
menatap atap penuh bintang
Tak berbataskan tirai kelopak mata
Hanya melihat satu bintang
dan ku tunjuk dengan diam sambil terlentang
sebelum tenggelam dan terbit malam esok lagi
Terbata-bata menggariskan jariku di konstelasi
Sebagai penggambaran betapa indahnya
Kosmos tak kan ku jamah tapi bintang
Satu bintang dari pembual ini dalam sanubari

Pembual yang berdoa di temani gelap malam
Untuk dapat terbang melayang
Manjajaki awan melangkahi surya hingga ku sampai
Ke satu bintang, bintang kembar yang saling mengitari
Kan ku dekati sedekat mungkin
Sampai ku terbakar habis olehnya
Hanya karena bintang-bintang
Satu bintang yang selalu bersinar terang
Di satu konstelasi terindah dalam hati sang Pembual

Sabtu, 04 September 2010

Kita Sang Kupu

Kita memulai bagai ulat merayap
memakan apa yang ada di sekitarnya saja
berjalan sedikit demi sedikit
dan terus berjalan mencari makan

Kita penuh bahaya saat itu
Karena hanya berjalan sendiri
memakan apa yang bisa kita makan
tapi tak paham bahwa nanti kita juga dimakan

Semakin lama kita selamat
Semakin lama kita makan
Semakin kita dekat dengan perubahan diri

dulu kita yang teramat jelek
hanya bisa makan dan makan
kini diam untuk merubah diri
sebagai sebuah kepongpong
kepongpong yang terdiam
hanya merubah diri menjadi lebih baik
lebih baik dan semakin baik

Tibalah saat itu
Saat-saat dimana kita keluar dari cangkang keras
yang menutupi tubuh lunak kita
selama berhari-hari di dalam sana
terkurung karena mengurung
dan retak melahirkan

Kita terlahir kembali
dalam satu kehidupan saja
menjadi sebuah kupu-kupu yang teramat indah
yang mampu terbang kesana kemari
dan hanya memakan sari pati bunga yang sehat dan segar
yang penuh dengan manfaat

Tapi, tidak selalu dari kita adalah ulat yang beruntung
banyak dari bangsa kita juga melakukan hal yang sama
tapi mereka tidak seberhasil kita menjadi kupu-kupu yang cantik
mereka malah menjadi seekor ngengat yang jelek
yang selalu mendekati api ketika malam
sehingga mereka membakar tubuh mereka sendiri

Lalu pada akhirnya akan ada kupu-kupu lain mendekati kita
dengan penuh cinta dan kasih
Serta penuh dengan keyakinan akan penciptanya

Kita pun mulai bertelur
telur-telur yang kemudian nanti akan menjadi ulat
ulat yang kemudian akan kita bimbing
akan kita arahkan untuk memiliki sayap yang indah
lebih indah dari sayap kita, dan juga keturunanya

Dan kupu-kupu itu, kita, akan mulai rapuh sayapnya
tak bisa terbang lagi mencari nektar
kemudian hanya bisa hinggap di atas bunga kesayangannya
dan mati dengan keindahan dan kemuliaan

inilah kita-kita nanti
Sang musafir, sang kupu-kupu
yang akan terus berdampingan dengan angin
dingin dan terik, dengan dan tanpa madu yang selalu ada

Rabu, 04 Agustus 2010

Dalam Puncak



Kini aku sebagai orang dalam Pencapaian
Ragaku mencapainya dan jiwaku puas akan hal itu
Namun tempatku duduk ini adalah sebuah kebosanan
Ketidak mampuan bahkan tak tertampungkan
Karena kini aku duduk diantara domba-domba yang berkeliaran
Dimana mereka berduyun-duyun berkeringat dingin sedang mencari
Sebuah Pencapaian bagi batin mereka yang akan mereka dapatkan dari Sang Penggembala

Namun akulah salah satu domba beruntung itu
Aku telah mendapatkan hadiah pertama kali dari sang Penggembala
Sehingga kini aku dalam kebosanan karena tak ada lagi yang harus kucapai, atau belum?

Senang atau Susahkah seharusnya aku?
Bangga atau Terdiam sajakah seharusnya aku?

Terkadang memang Pencapaian membuatmu buntu ketika di puncak
Ketika kau daki gunung tertinggi dan kau berhasil di puncaknya,
Hal yang kemudian akan mereka lakukan adalah menikmati puncak itu lalu kemudian kembali turun

Tapi ini takkan kulakukan, akulah domba yang mendapatkan Pencapaian
Akan istana dari batu-batu di puncak itu
Aku akan tinggal di sana menunggu para domba yang mendaki
Melihat mereka, mempelajari mereka cara mereka mendaki serta mengamati sekitar
Mencari gunung yang lebih tinggi lagi dari yang tertinggi
Jika tak kutemukan maka akan kubuat sendiri gunung itu dengan Pencapaianku ini
Semakin tinggi, semakin tinggi, semakin tinggi, hingga aku ada di atas segalanya

Jumat, 30 Juli 2010

Nostalgia Kita



Melihat jauh ke tempat dahulu menjadi masa yang indah
Berkumpulah nostalgia denganmu dan aku bercerita semua

Dulu kita berjalan di sana bercengkerama dan nikmati dunia
Sambil berjalan ku ingat ku berikan suatu yang dulu istimewa



Itulah satu nostalgia kita yang takkan pernah kita lupakan
jadi ingatan manis selalu setia di hati
Itulah satu nostalgia kita yang selalu kita rindukan
jadi kenangan manis selalu setia di hati



Nostalgia kita kenangan kita
bahagia kita dari masa-masa
Nostalgia kita kenangan kita
untuk selamanya

(Puisi sederhana untuk para Kakek dan Nenek yang saling mencintai sampai akhir usianya)

Selasa, 01 Juni 2010

Hanya Kau



Engkau datang dengan membawa senyuman
Kata maaf lalu terucap dari bibirmu
Tak terpikir, kau datang membawa kesalahan
Karna bagiku kehadiranmu, cukup untuk, membuatku tersenyum senang

Kau bergegas bersamaku berlari kecil
Ke sebuah tempat yang telah kita perjanjikan
Melangkah pelan, mencari tempat tuk bernaung
Lalu kau duduk di samping, ada di dekatku, membuatku tersenyum senang

Kau yang membuatku bisa slalu tersenyum
Sepanjang hari, sepanjang waktu
Hanya hadirmu disini bisa bahagiakan aku
Sepanjang hari, sepanjang waktu

Minggu, 30 Mei 2010

Sort Poem For the Most Precious Thing

when i looking the sky
the beauty in the blue
That time I've realized
I'm so blind

When I hearing the sound
the rhyme of the leaf
that time I've realized
I'm so deaf

the sunshine,,,
the mountain,,,
and the green forest,
that is so precious to me

I always look at my self
I always blame other people
I always talk about human
but never talk about you

Sekedar Menulis



Malaikat disisiku
Benar, mereka tersenyum dalam diam
Seperti halnya hati yang selalu menatap
dan memperhatikan bayangannya

Biar indah tetaplah indah
Biar cantik tetaplah cantik
Karena dialah kreasi Tuhan
Yang membuat semua terjatuh

Kini seribu kata mengalir deras di otak
tak terbendung tak terhenti
dan ingin terus menulis dan tulis
entah kacau balaunya tiap-tiap baitnya

inilah wujud terimakasihku kepadanya
dia yang membuatku meledak-ledak
disamping malaikat yang kemudian tersenyum
karena aku yang selalu berbalik arah

mata ku yang sayu tadi kini terbuka lebar
merasa lebih lepas karena kukernyitkan dahi
huruf demi huruf adalah sebuah pelampiasan
untuk meredakan semuanya meski ku tahu itu bodoh

bodoh, bodoh sekali

terlalu kecil untuk yang besar
terlalu mudah untuk yang rumit
karena sebenarnya tidak semerawut itu
bagai akar beringing tua di ujung rumah

inilah wujud terimakasihku kepadanya
yang telah memberikanku kegalauan
di sampaing malaikat yang kemudian tersenyum
seperti seorang ibu yang melihat ulah anaknya

terimakasih, terimakasih sekali

biar indah tetaplah indah
biar cantik tetaplah cantik
karena dialah kreasi Tuhan
yang mampu membalikkan semuanya

Peta Rahasia

kini aku ingin kembali bersembunyi
namun bukan diriku sejati sebenarnya
karena aku ingin kau yang menemukanku
cinta yang ku sembunyikan

Rahasia Adalah jiwa syair ini
Cantik tersembunyi disekujur nyawanya
Hidup tenang dan Menawan bagai Alam
Dihiasi Hitam Emas rona cakrawala yang Abadi

meski telah terpetik di atas awan tadi
sari buahnya masih sedikit terasa
karena rahasia adalah buah yang besar dan manis
dan harus di petik seluruhnya

Peran cintakulah yang mampu Egkau giring
Rasa penasaran pasti menghampiri Wajahmu
Indah dan Tertata untuk peta puisi ini
Syair Alam yang Rahasia untuk sesuatu yang Indah

aku seperti bermain-main
petak umpet dengan cinta di hati
yang ingin ku kau temukan itu
meski kau tak tahu dan ku tahu kau tak tahu itu

Kini kau ku berikan sebuah peta
untuk menemukanku dan keberadaan cinta
serta kau beri kau buah yang besar dan manis
sebagai jalan untuk menemukanku atau kau, cinta

Aku Yang Kuat dan Lemah

Aku tak sekuat yang kau kira
mungkin aku berhati singa
yang mengaum di padang rumput
dan selalu duduk di singgasananya

Aku tak sekuat yang kau bayangkan
mungkin aku berbicara lantang
selantang petir yang menggelegar
dan selalu menggetarkan hati

Aku tak sekuat yang kau tahu
mungkin aku bertangan besi
yang menggenggam apa yang aku mau
dan selalu mendapat apa yang kumau

tapi aku tak selemah yang kau lihat
mungkin aku telah jatuh tersungkur
yang membuat patah tulang asa ku
dan selalu berakhir dalam keluhan

tapi aku tak selemah yang kau dengar
mungkin aku telah menangis menderu
yang berlinang bagai anak sungai dipipiku
dan selalu lari bersembunyi

tapi aku tak selemah yang kau rasa
mungkin aku telah berpaling dari kenyataan
yang sangat menyakitkan di hati ini
dan berakhir dengan syair-syair yang ku goreskan

aku masih manusia biasa, yang tak mampu berekspresi
sebebas orang lain untuk hati dan cintanya
karena ekspresiku hanya lewat syair dan lagu
yang lebih bermakna buatku dari pada hanya skedar ku katakan
"Aku cinta kepadamu"

Cintaku Hari Kemarin, Kini dan Esok

Aku merasa rapuh hari kemarin,
dan aku rapuh untuk hari ini,
mungkin ku rapuh hingga hari esok
mungkin karena ketakutan hatiku

Aku selalu merasa kuat dan tegar hati
tegar di hari kemarin, hari ini
dan juga tegar hati ku untuk esok hari
karena aku yakin semua kan baik-baik saja

tapi ketakutanku menghancurkan ku
rasa yang lama ingin muncul
dan juga lama ingin ku merana
biar hati setegar gunung tapi cinta meruntuhkan

aku takut bercinta tapi aku ingin cinta
aku selalu mencinta dan tak kuharap cinta kembali
tapi tak kuterima cinta dan ku merasa gundah
cinta ku tak sejalan dengan alur pikiran ku

Aku akan selalu kuat dan tegar hati hari esok
tegar untuk esok lusa, dan seterusnya
karena cukup kemarin dan hari ini saja ku nikmati merana
karena cintaku harus tetap berjalan hidup

Rabu, 28 April 2010

Benih emas titipan Tuhan

Cerianya anak remaja yang beraksi
Mereka muda dan bersemangat
Kulihat aksi mereka penuh bahagia
Mereka muda dan bersemangat

Anak muda, benih emas titipan Tuhan
Yang haruslah kita perjuangkan
Jiwa muda, yang selalu membara
Kitalah kini yang harus menjungjung mereka

Celotehan canda penuh makna saat senja
Duduk di antara ribuan karyanya
Teriakan lantang gadis dan jejaka
Tanda usia yang segar penuh ambisi

Anak muda, benih emas titipan Tuhan
Yang haruslah kita perjuangkan
Jiwa muda, yang selalu membara
Kitalah kini yang harus menjungjung mereka

Mimpi di hari ini

Mentari pagi
menanti pagi
Tak berelegi
dan Takkan pergi

Ku dendangkan gitar
meski hanya sebentar
Untuk hanya sekedar
Menghilangkan gusar

Aku berlari, aku berlari
Kan kukejar mimpi di hari ini
Aku berlari, aku berlari
Kan tetap kukejar mimpi-mimpi di hari ini

Meski ku tersandung
Yang luka kan kakiku
Akan ku angkat kepalaku
Dan kembali berlari

Selasa, 27 April 2010

Untuk Namamu

Butiran embun membasuh hati
Putih salju memerahkan pipi
Dari mata air terpantulkan bayangan
Bias gemercik air di antara keindahannya

Dia yang duduk di atas batu pijakan
Menanti capung yang bersenang di udara
Menebar senyum di uraian warna pelangi
Di antara hijaunya daun talas segar

Jari jemarinya lentik menggenggam kayu
Kakinya melihat dedaunan kering berjinjit hati-hati
Udara segar melintasi ombak rambutmu, lembut
Betapa indah dirimu menatap ku senyum dengan lambaian hangat

Hanya tulisan ini lukisan dirimu
Hanya tulisan ini ungkapan kagumku
Hanya tulisan ini baitkan merdumu
Hanya tulisan ini syair tanpa bualan untukmu

Sampai kini ku hanya menjadi patung
Berdiri diam tak bisa berbuat
Hanya bisa menghiasi hidupnya sejenak
Dan hanya bisa menjadi saksi bisu capaiannya

Ambisiku Lampiaskan, Untuk Nama Anugerah
Sang Abjad Gadis, Indahnya Tersembunyi Abadi
Gambaran Untukmu Tak Akan Wujudkan Apapun
karena syair ini hanya untuk namamu

Kamis, 25 Maret 2010

Selamatkan Aku!

Tak ada yang mencintaiku
Tak ada yang menginginkanku
Tak ada yang suka padaku
Tolong beri tahu padaku kenapa?

Aku merasakan hidup ini seperti sesuatu yang tak lengkap.
Mengitari diriku, menjauhiku, dan mendesakku.
Mengiringi lagu kematian diantara ribuan dosa-dosa para penyair.
Hilangkanlah semua itu dariku

Apa kau pernah seperti ini?
Hidup di antara ketidak jelasan.
Antara cahaya yang gelap dan bayangan yang terang,
mengikutimu.

Aku menangis disini
Menangis dengan darahku
Aku sendiri disini
Selalu sendiri kudisini
Aku tersiksa disini
Tercabik gonggongan dalam jiwaku
Selamatkan aku!

Aku tak tahan lagi akan siksa ini
Aku tak mau lagi korbankan darahku
Aku berharap pergi dari hidup ini
Selamatkan aku!

(puisi dari notebook kecil lusuh ku, waktu kelas 3 SMA)

Jangan Menangis

Jangan menangis kekasihku
Hatiku gundah karena air matamu
Tak sampai hati melihatmu
Mengucurkan kesedihanmu

Jangan sembunyi kekasihku
Hatiku resah karena rahasiamu
Bicara kepadaku seorang
Tuangkan Kepadaku

Semua keluh kesah kau rasa
Semua pilu dan gundah yang kau dapat
Curahkan semua padaku
Dan jangan menangis, tolonglah

Aku tak tahan,
Aku tak mau,
Melihatmu seperti ini.


(Sepengal puisi di secarik kertas yang ada di lemariku, sepertinya ini puisi yang ku buat waktu masih di bangku SMA kelas 2, agak terlalu eksplisit cara penyampaiannya)

Kamis, 04 Maret 2010

Mau Maju!

Tak ubah nya sang fajar terpa kan cahayanya di antara sudut kamar ku,
sinarnya terbias di setiap helai benang yang menempel di gitar ku,
Tak ubahnya cahaya pagi mulai merintis hari, menunggu terik,
tak jemu ku duduk terdiam, di hadapan sebuah jalan yang panjang.

Salinan catatan-catatan buku seorang piawai,
Menduduki seluk beluk ranah kepala yang kekal,
Tak kunjung tiba sang sinar fajar ketika itu,
Tak jemu ku duduk terdiam, di hadapan sebuah jalan yang gelap.

Sinar fajar, bukakanlah sumbat di telingaku
Sinar fajar, lepaskanlah plester yang melekat di kelopak mataku
Sinar fajar, cerai beraikan aku dari bantal dan guling yang hinggap di tubuhku
Sinar fajar, sadarkanlah jiwaku dari cerita-cerita fiksi yang baru saja bertamu.

Agar ku dapat mencuri-curi waktu, kucing-kucingan dengan dewa keajegan
Berpaling dari senyawa-senyawa yang hinggap meraup waktu
Agar ku bebas, lepas, dari kerangkeng kerangka hampa
Hingga aku masuk dalam jalan penuh cahaya tanpa nista.

Tak ubahnya sang fajar menyirami jam dinding agar berdetak lambat
Kini aku berdiri menghadap jalanan yang panjang membentang.
(Jogjakarta, 08 Agustus 2009)

Puisi Pagi

Pagi ini ku merasakan sesuatu dari dalam lubuk hati ini yang kan selalu memikirkanmu
Rasa indah ini yang ku dapat di kala ku tuliskan lirik untukmu kekasihku ada di sana jauh dari

Wahai angin tolonglah diriku tuk sampaikan bait-bait puisi rindu dalam kesejukan hadirnya kekasih hati pujaanku

Diriku dengan hati ini hanya terdiam terpaku terpana olehmu
Kehadiranmu yang selalu kunanti bisa bercanda tertawa berbagi cerita
tentang hidup yang selalu melangkah ke depan dan tak akan pernah mundur
Harapanku untukmu

Kekasihku, apa kau tahu, bila aku merindukanmu
Kekasihku, apa kau tahu, bila aku merindukan kamu

(2007, June 3 setelah tampil di acara Sande Monink Filsafat UGM
*dengan sedikit perubahan

Rabu, 03 Maret 2010

Rasakan hidup dikala ku termenung

Rasakan hidup dikala ku termenung
Dekat dari cinta yang selalu menghantuiku
Rasa sedih ini pun selalu dekat dengan ku
Oh indahnya hidupku

Malaikat ku kini hadir disini, temani ku diam dalam senyuman
Membujukku cinta, tuk cintai cinta, hapus sedih dan gundah agar tetap tertawa

Tahukah hai malaikat bahwa ku rindu cinta
Ingin sekali ku berjumpa dengannya
Akan ku bawa cinta ke langit luas tak terbatas
Oh sempurnalah indah

Rasakan hidup dikala ku termenung
Dekat dari cinta yang selalu menghantuiku
Rasa sedih ini pun selalu dekat dengan ku
Oh indahnya hidupku

Kami inilah!!




Kami kami hanya seonggok daging
Kami kami hanya segelintir debu
Kami berserakan bertebaran
Kami seperti tumpukan jerami yang siap dibakar

Kami lemah tanpa daya
Kami rapuh dan dapat diretakkan
Kami kecil dan mudah diinjak-injak
Kami miskin dan lapar akan kebijaksaan

Tapi kami bukanlah budak dari masa
Tapi kami tak bersanding dengan nasib
Karena Kami mampu berdiri
Karena Kami mampu berteriak
Karena Kami mampu melawan
Karena Kami adalah Rakyat

Kami adalah Rakyat
Kami adalah Rakyat
Kami bukanlah ajudan kekuasaan
Kami lah pemimpin para pemimpin ajudan kekuasaan

Kaki kami lebih tinggi dari muka penguasa
Suara kami jauh lebih lantang daripada kebijakan
Pikiran kami jauh lebih kuat daripada alat kekuasaan
Perut kami jauh lebih kuat dari pada para penguasa yang menahan lapar

Ini adalah sebuah suara yang menggema di hamparan nusantara
Ini adalah teriakan yang menggetarkan mega
Ini adalah kata-kata dari para pemuda Indonesia
Bahwa Kami bukanlah KORBAN KEKUASAAN!

Panggung Demokrasi (Gubahan dari Panggung Sandiwara - Nicky Astria)





Negeri ini panggung demokrasi
ceritanya mudah berubah.
Kisah di KPK sampai tragedi dari Century.

Setiap fraksi punya satu peranan
yang harus mereka mainkan.
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura.
Apakah mereka bersandiwara?
Apakah mereka bersandiwara?

peran DPR bikin kita terbahak-bahak
peran Presiden bikin orang mabuk kepayang

dunia ini penuh peranan
dunia ini bagaikan jembatan kepentingan

apakah mereka bersandiwara?
apakah mereka bersandiwara?

Selasa, 02 Maret 2010

Pengindah Cerita



Hujan di malam hari
Dingin menghujam kulitku
Sepi di ruang waktu
Hanya di temani melodi

Kisah yang dulu singgah
Tersurat Kembali baru saja
Seorang tokoh dalam kisah itu
bercerita kembali kepadaku

Kau datang lagi
Sang Pembuat Cerita
Cerita indah dalam hidupku
Kau datang kembali
Sang Pengindah Kisah
Yang ingin menulis kembali cerita

Karyamu tetap menghangatkan malam.

Kamis, 25 Februari 2010

Rajawali Muda


Kita selalu dibayang kekhawatiran
akan sebuah kegagalan
Padahal lebih dari itu
lebih baik berani untuk berhasil

Kita selalu mendengar hasutan
Bisikan yang selalu menjatuhkan kita
Mengapa kita tidak membuka mata
Untuk melihat kita terbang tinggi

Capailah, Raihlah
Jangan berhenti
Genggamlah erat dengan cakarmu
Lalu terbanglah bagai rajawali

Percayalah kepada suara di dada
Itu yang kan menuntunmu
Melintasi jalanan angin berliku
Hingga kau mencapai cakrawala


Rabu, 24 Februari 2010

Sang Penuntut Agung

Akulah sang pembual sejati
yang selalu berbual hati
kepada keadaan yang terpatri
Tanpa ilmu yang kuteriak sampai mati
Akulah sang pembual sejati masa kini

Akulah sang Kaisar Miskin
yang selalu menuntut kepada pelayan yang berkuasa
Kaisar yang hanya merengek kesana kemari jika bosan
mencaci sang pembantu yang menguasai jagat
Memang akulah sang Kaisar Miskin

Ketika para putra mahkota raja dari kekaisaran miskin kelaparan
Dia hanya menyalahkan sang pelayan kaya raya yang tak menghidangkan
Seketika para putra mahkota disuapi sesuap nasi dari pelayan yang kaya
Dia hanya diam mengunyah, menghela nafas, makan, mengunyah kemudian tidur
Benar, aku dan dia para putra mahkota adalah sama saja
Tertidur pulas dan tenang dan mengabaikan pelayan yang telah menyuapi kita

Sang pelayanpun akan sadar bahwa dia tak perlu lagi memasukkan seonggok nasi
dia hanya berpikir bagaimana sang kaisar bisa kembali kaya raya
dan seketika sang kaisar dan para putra terbangun karena lapar lagi
tuntutan tanpa puas di jatuhkan ke lutut hingga dahi sang pelayan.

Kita lah, aku sang Kaisar miskin.
Aku lah, kita para pembual yang berkoar.
Aku, kita, Sang Penuntut Agung