Rabu, 24 Februari 2010

Sang Penuntut Agung

Akulah sang pembual sejati
yang selalu berbual hati
kepada keadaan yang terpatri
Tanpa ilmu yang kuteriak sampai mati
Akulah sang pembual sejati masa kini

Akulah sang Kaisar Miskin
yang selalu menuntut kepada pelayan yang berkuasa
Kaisar yang hanya merengek kesana kemari jika bosan
mencaci sang pembantu yang menguasai jagat
Memang akulah sang Kaisar Miskin

Ketika para putra mahkota raja dari kekaisaran miskin kelaparan
Dia hanya menyalahkan sang pelayan kaya raya yang tak menghidangkan
Seketika para putra mahkota disuapi sesuap nasi dari pelayan yang kaya
Dia hanya diam mengunyah, menghela nafas, makan, mengunyah kemudian tidur
Benar, aku dan dia para putra mahkota adalah sama saja
Tertidur pulas dan tenang dan mengabaikan pelayan yang telah menyuapi kita

Sang pelayanpun akan sadar bahwa dia tak perlu lagi memasukkan seonggok nasi
dia hanya berpikir bagaimana sang kaisar bisa kembali kaya raya
dan seketika sang kaisar dan para putra terbangun karena lapar lagi
tuntutan tanpa puas di jatuhkan ke lutut hingga dahi sang pelayan.

Kita lah, aku sang Kaisar miskin.
Aku lah, kita para pembual yang berkoar.
Aku, kita, Sang Penuntut Agung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar