Kamis, 28 Oktober 2010

i

Inilah yang terjadi
Ketika ku merenung waktu pagi
Berpikir sesuatu yang pasti
tapi terlintas tentang dia tadi

Aku pun terlintas sebuah puisi
Tapi kenapa harus selalu kiasan berapi
Yah, Kadang ini harus kutulis tanpa arti
Supaya dia membacanya dengan murni

Yah, inilah prosa isi hati
Pembual ini menulis dan mencari
Kata-kata tepat untuk di tulis sekali
Yang tak perlu mengartikan dengan imajinasi

Baca saja prosa seperti ini
Rasakan saja apa yang tertulis di sini
Tak perlu kau maknai dengan hati
Tapi cukuplah kau mengerti

Ya, ini Prosa isi hati
Pembual ini menulis dan mencari
Kata-kata indah tersusun rapi
Dan apa yang di hati, kuungkapkan dengan 'i'

Kaulah yang aku cintai
Kadang hamparan dada ku beremosi
Hingga berjejal puisi merajai
Ya, karena kau orang yang ku sayangi

Malu aku pun malu menatapi
Kedua matamu ketika bertemu nanti
Malu aku malu jujur mempersembahi
rasa sayang yang terpatri mati

Malu aku pun malu dilihati
Mereka dan kau yang membaca prosa ini
Tapi semua harus kulewati
Karena hatimu ingin ku gapai

Ya, ini Prosa isi hati
Pembual ini menulis dan mencari
Kata-kata indah tersusun rapi
Supaya kau mengerti

Selasa, 26 Oktober 2010

Kicau



Lihat, kicaunya merdu dari seberang
burung yang menarik hati
tak perlu kibaskan sayap tersingkap

Lihat, kicaunya membalas dari satu seberang
burung yang menarik hati
yang erat genggami ranting penuh buah

Pagi yang cerah merasuk dalam mega
Menambah aroma indah dengan kicauannya
saling bersautan terdengar lucu dan menenangkan
Menelisik dan membisikkan pesan kepada sang Pembual

Hmmm, dia seorang pemburu,
jiwa nya saja pemburu,
mendengar kicauan itu dari satu sisi saja
Wow, menarik hati
Ingin dia siapkan jala besar
Jala yang tak ada burung mampu menghindarnya

Kicau, kicau, kicau

Pemburu itu terus mendengarkan
mendengar, mendengar, mendengar

Hmmm, dia seorang penyayang
tak lagi memburu,
Karena terlalu sayang jika terperangkap
dalam jala dan sangkar

Berbual saja,

Berkicau, berkicau, berkicau
Indahnya, kicauan burung itu saling bersautan
Di dengar saja dan nikmati dari alam
alam penuh bualan

Minggu, 24 Oktober 2010

Bersabarlah Dinda

Hujan ini masih air
Dinda,
Bukanlah hujan karena air mata
Dinda,
Dan tak membawa derita
Dinda,

Masihkah kau mampu menelan
Di antara manusia-manusia ini
Tapi tetaplah, jangan bersedih
Dinda,

Ini adalah masa bukan masa mu
Bersabarlah sampai suatu masa
Bersabarlah Dinda

Nanti kau akan melihat melimpah
Tanahmu kaya sesungguhnya itu
Anakmu akan makan lebih kenyang
Bersabarlah Dinda

Dan,
Masihkah kau mampu menelan
Di antara manusia manusia itu
Tapi tetaplah jangan bersedih,
Bersabarlah Dinda

Jumat, 22 Oktober 2010

Untuk Mbak Yu

ayo mbak yu, tak kasih prosa pagi ini, dimulai dengan menyebut asma Tuhan.

Ayam berkokok saling bersahutan
Sorotan surya seperti tirai langit
Langkah derap bocah-bocah berlarian,
Di antara mbak yu yang menyiapkan hidangan

Mbak yu mengawali pagi bagi kang mas nya,
Menyalin semangatnya Srikandi
Mbak yu, bergegas merapi-rapi yang kudu rapi,
Demi sawangan yang indah untuk keluarganya

Wadoh, Super women banget mbak yu,
Sudah siap-siap ngepel lantai yang baru aja di sapu

Biar pagi mambu keringat,
bumi digegerke Merapi demo,
mbak yu tetep lanjut cuci bajunya Kang Mas

Wedyan para Kang Mas,
mbak Yu itu titisan Superman,
makan nya ga sebadog kang mas makan pas Ngangsu

Gitu lho para Kang mas,
mau gantian mboten sama mbak yu ne
Semoga para Kang mas lebih legowo kalo tiba2 di buatin kopi asin,
atau kalo di buatin nasi jagung

Itulah sekedar prosa buat mbak yu,
mbak2 sing pasti do ayu2,
mbak2 sing wonder women.

Dan sebagaimana ada awal ada akhir, prosa di tutup dengan rasa terima kasih kita sekalian kepada Sang Tuhan karena menciptakan Mas dan Mbak Yu, END

Rabu, 20 Oktober 2010

Halte 4 tahun



Di sebuah halte teduh aku datangi
Karena beberapa saat ku perhatikan
Ada bus wisata cantik yang melintas

Ku pikir aku bisa turut dia
Menaikinya untuk berkeliling dunia
Hingga ku tunggu bus itu di halte teduh ini

Kulihat bus itu mendekat,namun ternyata lewat saja

Ya, ku tunggu saja, barangkali bus itu sedang tak berhenti di sini
yang ternyata saat itu dia singgah di halte lainnya

Ya, ku tunggu saja, barangkali bus itu akan berhenti di sini

dan ternyata sudah 4 tahun aku duduk di halte bus yang teduh ini
yang justru bus lain yang sering lewat di sini
mampir selalu di halte ini, dan itu bermacam-macam
dan sering menarik ku untuk turut menumpang

tapi aku sedang ingin berwisata
dan hanya bus wisata itu saja yang bisa membawaku

Ya, ku tunggu saha, barangkali bus itu akan memberi tumpangan padaku

tapi, sudah terlalu lama ku duduk
lama-lama rasa gerah ini muncul
kini aku sudah mulai melihat-lihat arlojiku
hmm.. 4 tahun ya
Lebih baik aku bergerak sebentar daripada menjadi arang

Hai 4 tahun, sebenarnya aku yakini
namun karena aku saja yang takut dan malu
aku takut kalau-kalau bus wisata itu justru menabrakku bukan memberiku tumpangan
aku malu karena sampai sekarang aku tak menelepon pelayanan bus itu

Ya, semua cuma karena aku takut dan hanya malu
yang membuatku terus duduk di halte ini

Tapi seorang bijak berkata padaku
dia menasehati bukan memberi bualan seperti yang aku lakukan
"Janganlah kau egois terhadap dirimu sendiri,
Jika kau ingin berwisata, kejar bus wisata itu!"

Nasihat yang menyejukkan
namun menjadi dilema
karena meski telah lama
namun seperti melakukan sesuatu yang baru
atau mengulang dari awal

Yah, 4 tahun halte bus ini menghidupi ku
sementara saja
Untuk 4 tahun, mungkin saja sekelebat bus itu pernah lewat
tanpa aku sadari atau ketika aku tertidur

Yah, untuk 4 tahun
4 tahun, 4 tahun
4 tahun di halte bus

Rabu, 13 Oktober 2010

Running Out Of Time

They say life is much precious
Every day is like a gem
Then days with you are diamonds
...I enjoy each one of them

And those who adore starshine
With them I won’t better fight
As lying here beside you
Makes me treasure every night

Still good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Sweetest darling, please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…

They say love is a flower
Then what we have is a rose
Watered by your kisses
In my heart her blossom grows

Though in spring fresh rain and warm breeze
Let thrive every dainty bloom
Don’t forget the stem soon weakens
As comes heavy autumn gloom

Dear, good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Pretty baby, please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…

I feel hours falling
Into vain like grains of sand
Know when there just remains darkness
I will miss your loving hand

And the sweet words those you whisper
I‘ll let echo in my ears
When instead of your lips on my cheek
There will be a trace of tears

‘Cause, good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Take my life, but please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…


(Nice lyric/poem from my friend from Slovakia, Gabriela Ďuricová)

Sabtu, 09 Oktober 2010

Pelari



Ada sebuah pertandingan
Di situ ada Penyair yang ikut
Tak cakap dia berlarinya
kerana syair saja dia bisa

Akhirnya semua di mulai
Semua bersiap sedia
dan lari lah mereka macam harimau
seronok lah

Penyair saja yang berbeza
baru di tengah dia terengah lelah
Paling tidak dia berjalan saja
Lajunya pelan tak apa sebentar beristirahat

Dia liat tak ada lagi penantang
Sesama pelari itu
Ternyata dia sendiri saja berlaga
Hanya lintasan yang menemani
Sambil dahaga merasuk

Sambil berjalan berdendanglah dia
Syair-syair Melayu nan elok
Bagaikan pelita ketika malam
Sebagai teman saja penyair itu berjalan

Dia harap pulihlah tenaga
Supaya bisa perlahan kemudian lari lagi
Sampai garis akhir
Harus sampai garis akhir
Meski tak juara
Tapi bermakna kemenangan

Jumat, 08 Oktober 2010

Lilin



Malam datang tiba-tiba
Aku bingung karena buta
Tak lihat apalah yang ku jamah ini
Sampai peri api menyedekahkan api
dan di berikannya kepada lilin

Ku bisa melihat sekarang
Meski remang-remang tak jelas
Aku bisa tahu apa yang ku jamah
Yang tajam atau yang tumpul

Sekelebat saja bayangan
Karena api yang tertiup
Mengagetkanku tadi

Semakin malam dan gelap
Ku lihat batang lilin itu
Makin tergerus hangatnya api
Makin turun mendekati meja
Menjalari tubuhnya yang ramping

Akupun berpikir, "sampai berapa lama lilin itu akan menyala?"
"Bisakah dia tetap menerangiku sampai malam usai?"
"Sampai kapan ya? Apa lilin itu kuat sampai selama itu?"

Dan sampai malam tak terhitung jam
hanya itu yang ku pikirkan saja

Minggu, 03 Oktober 2010

Bunga itu Saja

Aku melihat sebuah taman bunga
Terdiri dari berbagai macam nan indah
berkeliling melihat-lihat
sampai ku lihat bunga itu cantik sekali

Aku mendatangi pemilik kebun
Bertanya, apakah aku boleh memiliki bunga itu
Dia menjawab, "Jika kau bisa mencabutnya,
Tanpa merusaknya, Dan terjaga keindahannya,
Ambil lah!"

Dengan kegembiraan ku datangi bunga itu
Dengan ku bawa peralatan berkebun yang ku pinjam
Dengan cepat ku datangi bunga itu
Dengan ku bawa keceriaan yang tiba-tida ku dapat

Lalu ku duduk di sampingnya
Ku amati bunganya, daunnya, batangnya
Wow, apakah batang ini rapuh?
Karena kecil dan tak terlihat kuat
Wow, apakah batang ini kuat?
Karena terlihat akar yang menopang dengan rapat

Galau pun melandaku
Apakah bunga itu harus ku miliki?
Bagaimana jika kemudian ku merusakkannya?
Karena taman itu hanya punya 1 bunga tiap jenisnya

Galau pun melandaku
Bijakkah aku jika harus mencabutnya?
Bagaimana jika akarnya menjadi tidak kuat?
Sehingga bunganya menjadi tidak indah lagi

Aku pun kembali ke pemilik kebun
Dan bertanya kembali kepadanya
Apakah bijak jika aku memlikinya?
Bagaimana kau bisa memilikinya?

Dia pun menjawab, "Aku tidak memliki bunga-bunga itu,
aku hanya memiliki kebun ini saja,
Karena bunga yang indah sepantasnya tidak bisa dimiliki,"

Baiklah, lebih baik ku pandangi saja ke indahannya di kebun ini
Tak akan ku petik ataupun ku cabut bunga itu
Biarlah bunga itu tetap mekar dan semakin cantik

Jumat, 01 Oktober 2010

Eyes will Tell



bayangkan saja apa yang aku puisikan,,,

Yang Sudah Rapuh

Di sini ku melihat ke bawah ada dunia
Tempat yang menakjubkan dan indah
Dimana bahasa adalah mukjizat

Ada alunan melodi alam
Melantunkan cinta sang Pemahat
Meraba-raba likuk udara

Kepada bumi terpijak ku bertuturkan

Aku datang dari dunia lain, merangkul fana,
menjelma menjadi liat,
mematung tak daya,
rapuh dan terasing,
dan menunggu hancur.
Tapi setidaknya akan bertahan satu abad lagi
karena ada patung di seberangnya
yang ingin ia temani sampai senjanya

Kepada sang Pemahat aku memohon
Tolong kuatkan aku
Jangan biarkan aku hancur dahulu
Untuk setia menemani patung di seberang itu