Rabu, 20 Juni 2018

Kau Tak Tahu..

Tahukah kau apa itu pupus?
Ketika kau punya mimpi jadi nahkoda
Namun lautan semakin menyusut dan mengering
Tapi kau tak tahu..

Tahukah kau apa itu sirna?
Ketika jasadmu sudah bersemayam
Namun tak ada satupun yang mengingatmu
Tapi kau tak tahu..

Tahukah kau apa itu hampa?
Ketika kau menghidupimu dengan tujuan
Namun tak ada masa depan didepanmu
Tapi kau tak tahu..

Tahukah kau apa itu luka?
Ketika kau tegar berdiri dan berlari
Namun jalanmu penuh duri dan pecahan kaca
Tapi kau tak tahu..

Lalu,

Kapan akan kau hunuskan pena mu
Kertas buram telah berlumur jelaga
Pelita telah membara kemudian padam
Mejamu telah rusak dimakan rayap

Kapan akan kau kejar si maling
Mentari sudah mendahului fajar
Ayam sudah serak meludah karena berkokok
Barangmu tlah raib dibalik mata mu

Kau sudah terlanjur pupus, sirna, hampa dan luka
Pena tak berisi tinta kecuali darah
Harta tak lagi ber rupa
Tapi kau tak tahu..

Kapan kau akan tahu?

Minggu, 14 Mei 2017

Sepi

Terpanggil hampa
Ramai kesenyapan
Mana
Aku tanpa
Luruh suara
Kereta malam
Gugah asa pedih
Pegal pinggang tak kuasa
Terjaga tersendiri
Sepi aku terjebak
Hingga tujuan mendekat

Senin, 18 November 2013

Sang Pecinta Malam

Malam, akulah pecintamu
Indah walau tersekat kelambu
Awan bergumul tergulung kaku
Samar kerlip lentera baru

Terseka seka kisi kisi
Gurat gurat putih tipis
Kabut telaga nirmala hati
Merabun semu luka ditepis

Menanti hujan putih cahaya
Dari sisa debu angkasa
Yang jatuh tersebar meluka
Di satu titik asal sang singa

Selalu ornamen tak arti
Untuk ungkap cintaku
Pada sang langit malam
Yang menebar bintang berjatuhan

Di rasi Leo aku mengaum
Garis-garis cahaya ku lahir
Terang cepat dan menghilang
Jadi api dan abu debu

Kueratkan kebali cintaku
Pada langit malam
Dengan saksiku melihat
Pertunjukanmu malam ini

Selasa, 02 April 2013

Ide tak busuk

Aku adalah manifestasi energi
Dari alam raya yang penuh tahi
Oleh gombal-gombal dimulut kaki
Tertumpah di ujung sepiring nasi basi

Terongrong jeratnya ide-ide
Akan sebuah kesatuan fana
Di balik bungkamnya kebenaran
Karena uang yang berkelana

Di ujung sana setitik harapan
Biarpun tertimbun tikus-tikus lapar
Yang bertarung di kursi yang mahal
Harapan itu, ada di sini, ide

Meskipun aku adalah manifestasi
Dari segala keburukan bejat
Tapi, kebenaran yang riil
Bukanlah angan mimpi saja

Lihat tanganku ibu!
Untuk ku tempeleng muka pemberangus keadilan
Lihat kakiku ayah!
Untuk ku jegal lawan-lawan kebenaran
Lihat mulutku dinda!
Akan ku maki umpatan mereka terhadap kemanusiaan

Kini ku perjelas kembali
Aku adalah manifestasi energi
Segala kebusukan di negeri ini
Yang akan kujernihkan dengan hati suci