Kamis, 25 Maret 2010

Selamatkan Aku!

Tak ada yang mencintaiku
Tak ada yang menginginkanku
Tak ada yang suka padaku
Tolong beri tahu padaku kenapa?

Aku merasakan hidup ini seperti sesuatu yang tak lengkap.
Mengitari diriku, menjauhiku, dan mendesakku.
Mengiringi lagu kematian diantara ribuan dosa-dosa para penyair.
Hilangkanlah semua itu dariku

Apa kau pernah seperti ini?
Hidup di antara ketidak jelasan.
Antara cahaya yang gelap dan bayangan yang terang,
mengikutimu.

Aku menangis disini
Menangis dengan darahku
Aku sendiri disini
Selalu sendiri kudisini
Aku tersiksa disini
Tercabik gonggongan dalam jiwaku
Selamatkan aku!

Aku tak tahan lagi akan siksa ini
Aku tak mau lagi korbankan darahku
Aku berharap pergi dari hidup ini
Selamatkan aku!

(puisi dari notebook kecil lusuh ku, waktu kelas 3 SMA)

Jangan Menangis

Jangan menangis kekasihku
Hatiku gundah karena air matamu
Tak sampai hati melihatmu
Mengucurkan kesedihanmu

Jangan sembunyi kekasihku
Hatiku resah karena rahasiamu
Bicara kepadaku seorang
Tuangkan Kepadaku

Semua keluh kesah kau rasa
Semua pilu dan gundah yang kau dapat
Curahkan semua padaku
Dan jangan menangis, tolonglah

Aku tak tahan,
Aku tak mau,
Melihatmu seperti ini.


(Sepengal puisi di secarik kertas yang ada di lemariku, sepertinya ini puisi yang ku buat waktu masih di bangku SMA kelas 2, agak terlalu eksplisit cara penyampaiannya)

Kamis, 04 Maret 2010

Mau Maju!

Tak ubah nya sang fajar terpa kan cahayanya di antara sudut kamar ku,
sinarnya terbias di setiap helai benang yang menempel di gitar ku,
Tak ubahnya cahaya pagi mulai merintis hari, menunggu terik,
tak jemu ku duduk terdiam, di hadapan sebuah jalan yang panjang.

Salinan catatan-catatan buku seorang piawai,
Menduduki seluk beluk ranah kepala yang kekal,
Tak kunjung tiba sang sinar fajar ketika itu,
Tak jemu ku duduk terdiam, di hadapan sebuah jalan yang gelap.

Sinar fajar, bukakanlah sumbat di telingaku
Sinar fajar, lepaskanlah plester yang melekat di kelopak mataku
Sinar fajar, cerai beraikan aku dari bantal dan guling yang hinggap di tubuhku
Sinar fajar, sadarkanlah jiwaku dari cerita-cerita fiksi yang baru saja bertamu.

Agar ku dapat mencuri-curi waktu, kucing-kucingan dengan dewa keajegan
Berpaling dari senyawa-senyawa yang hinggap meraup waktu
Agar ku bebas, lepas, dari kerangkeng kerangka hampa
Hingga aku masuk dalam jalan penuh cahaya tanpa nista.

Tak ubahnya sang fajar menyirami jam dinding agar berdetak lambat
Kini aku berdiri menghadap jalanan yang panjang membentang.
(Jogjakarta, 08 Agustus 2009)

Puisi Pagi

Pagi ini ku merasakan sesuatu dari dalam lubuk hati ini yang kan selalu memikirkanmu
Rasa indah ini yang ku dapat di kala ku tuliskan lirik untukmu kekasihku ada di sana jauh dari

Wahai angin tolonglah diriku tuk sampaikan bait-bait puisi rindu dalam kesejukan hadirnya kekasih hati pujaanku

Diriku dengan hati ini hanya terdiam terpaku terpana olehmu
Kehadiranmu yang selalu kunanti bisa bercanda tertawa berbagi cerita
tentang hidup yang selalu melangkah ke depan dan tak akan pernah mundur
Harapanku untukmu

Kekasihku, apa kau tahu, bila aku merindukanmu
Kekasihku, apa kau tahu, bila aku merindukan kamu

(2007, June 3 setelah tampil di acara Sande Monink Filsafat UGM
*dengan sedikit perubahan

Rabu, 03 Maret 2010

Rasakan hidup dikala ku termenung

Rasakan hidup dikala ku termenung
Dekat dari cinta yang selalu menghantuiku
Rasa sedih ini pun selalu dekat dengan ku
Oh indahnya hidupku

Malaikat ku kini hadir disini, temani ku diam dalam senyuman
Membujukku cinta, tuk cintai cinta, hapus sedih dan gundah agar tetap tertawa

Tahukah hai malaikat bahwa ku rindu cinta
Ingin sekali ku berjumpa dengannya
Akan ku bawa cinta ke langit luas tak terbatas
Oh sempurnalah indah

Rasakan hidup dikala ku termenung
Dekat dari cinta yang selalu menghantuiku
Rasa sedih ini pun selalu dekat dengan ku
Oh indahnya hidupku

Kami inilah!!




Kami kami hanya seonggok daging
Kami kami hanya segelintir debu
Kami berserakan bertebaran
Kami seperti tumpukan jerami yang siap dibakar

Kami lemah tanpa daya
Kami rapuh dan dapat diretakkan
Kami kecil dan mudah diinjak-injak
Kami miskin dan lapar akan kebijaksaan

Tapi kami bukanlah budak dari masa
Tapi kami tak bersanding dengan nasib
Karena Kami mampu berdiri
Karena Kami mampu berteriak
Karena Kami mampu melawan
Karena Kami adalah Rakyat

Kami adalah Rakyat
Kami adalah Rakyat
Kami bukanlah ajudan kekuasaan
Kami lah pemimpin para pemimpin ajudan kekuasaan

Kaki kami lebih tinggi dari muka penguasa
Suara kami jauh lebih lantang daripada kebijakan
Pikiran kami jauh lebih kuat daripada alat kekuasaan
Perut kami jauh lebih kuat dari pada para penguasa yang menahan lapar

Ini adalah sebuah suara yang menggema di hamparan nusantara
Ini adalah teriakan yang menggetarkan mega
Ini adalah kata-kata dari para pemuda Indonesia
Bahwa Kami bukanlah KORBAN KEKUASAAN!

Panggung Demokrasi (Gubahan dari Panggung Sandiwara - Nicky Astria)





Negeri ini panggung demokrasi
ceritanya mudah berubah.
Kisah di KPK sampai tragedi dari Century.

Setiap fraksi punya satu peranan
yang harus mereka mainkan.
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura.
Apakah mereka bersandiwara?
Apakah mereka bersandiwara?

peran DPR bikin kita terbahak-bahak
peran Presiden bikin orang mabuk kepayang

dunia ini penuh peranan
dunia ini bagaikan jembatan kepentingan

apakah mereka bersandiwara?
apakah mereka bersandiwara?

Selasa, 02 Maret 2010

Pengindah Cerita



Hujan di malam hari
Dingin menghujam kulitku
Sepi di ruang waktu
Hanya di temani melodi

Kisah yang dulu singgah
Tersurat Kembali baru saja
Seorang tokoh dalam kisah itu
bercerita kembali kepadaku

Kau datang lagi
Sang Pembuat Cerita
Cerita indah dalam hidupku
Kau datang kembali
Sang Pengindah Kisah
Yang ingin menulis kembali cerita

Karyamu tetap menghangatkan malam.