Rabu, 29 September 2010

Tiga Suasana

Siang

Cerahmu menceriakanku
Dengan awan putih yang tersusun rapi
Mereka berlarian di hati ini
Dan melindungi cintanya dari matahari

Panas menyemangati insan ini
Untuk berlari mengejar hidup
Sambil mencari-cari awan yang mencinta
dalam citra terangnya siang

Sore

Hinggaplah awan mendung di genteng gedung ini
Berputar-putar saja dan tak bisa di usir
Semakin gelap dan semakin gelap
Hangat tadi memendungkan tapi hati ini tak akan mendung

Hanya butuh sedikit sentilan
untuk membuatnya hujan
yang membuat para khalifah berlari menyingkir
Dia itu sebenarnya bercanda padahal itu rizki

Gelap

Karena ku tulis dalam ruangan
Menulis suasana hati sang awan
Refleksikan diriku ini
Apa benar? karena ini hanya bualan

Tapi jangan hujan sekarang
Aku sedang berlari membawa buku
Nanti kau membasahi ku
Dan mematahkan semangat hati ini sementara
Tunggulah sejenak, tahan hujanmu
Sampai ku pulang
Ke dalam dunia yang ku buat untukmu

Bual Tanya Cinta

Aku tak bertanya kepada matahari
Karena Dia yang menyinariku
Aku tak bertanya kepada bulan
Karena Dia penerang malamku
Apalagi dengan bintang-bintang
Karena Dia menjadi penunjuk jalanku

Cinta menjawabku padahal tak kutanya
Cinta menemaniku padahal tak kuminta
Cinta mendatangiku padahal tak ku undang
Cinta merasuki ku tanpa ku suruh

Oh, betapa hangatnya cintaku ketika bersyair
Meski sesungguhnya aku hanya berbual saja
terlepas dari keinginan akan ego ide-ideku
Aku ingin mencintai Dia
Mencintai Dia dengan sangat dan tulus

Kini tanyaku hanya kepada Dia
Apakah Kau bersedia aku cintai?
Karena aku tak mungkin bertanya kepada matahari, bulan ataupun bintang.

Kamis, 23 September 2010

Sendiri

Dalam keramaian aku sendiri
Hanya duduk kesepian diantara ratusan pejalan
Kosongnya aku padahal suara manusia berjejalan

Kosongnya diriku

Aku menanti dan memanggil
Yang mampu menjadi pembuat senyum
Meski senyum itu hanya sedetik saja

Tetap ku tunggu di sini

Tak datang, tapi ku bertahan
Dengan seabreg kekacauan diriku ini
Hanya terdiam di keramaian saja

Lalu ku berjalan menuju ke tempat berlutut
Melihat buramnya langit yang menangis
Mengerang-erang tak henti
Membuatku semakin mendiam menunggu dia diam

Hingga ku sadar ku ingin tetap berdiam
Tanpa yang menemaniku
Yang mungkin mengukuhkan jiwa raga

Diriku jauh kesendirian

Aku pun pergi menerjang tirai hujan
Harapku itu kubuang sudah untuk hari ini
Kini ku hanya duduk di pinggiran jalan
Tak melakukan apa-apa
Hanya duduk diam menunggu
Sambil di guyur hujan yang tak mereda

Benar-benar kacaunya diriku
Kacaunya diriku
Benar-benar kacau

Kamis, 09 September 2010

Tolong Terima

Maaf
Ini bukanlah syair
Maaf
Ini bukanlah lirik
Maaf
Ini bukanlah kata bijak

Kali ini sang Pembual takkan berbual
Karena hal ini adalah sesuatu yang tulus
Sang Pembual hanya ingin sesuatu yang esensi

MAAF

MAAF

MAAF

tolong terima maaf ku ini

Rabu, 08 September 2010

Tidurlah Dinda

Dingin ini makin terasa
Sunyi ini makin terdengar
Sepi ini makin terlihat
di tempat ku bernaung

Malam pun semakin gelap
Bulan kini tak tampak
Bintang kini sembunyi
Di balik sang awan

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Orang-orang kini terlelap
Seusai mencari nafkah
Walau habiskan hari
Inilah yang di tunggu

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Nanti ku kan berkunjung
Di Dalam ruang mimpimu
Mimpi yang kan kuindahkan
Dengan canda dan tawa ku

Segeralah kau tidur
Agar ceria esok
Hingga kau dapat kejar
Hari-hari indah di sana

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Jika Dirimu

Hatiku semerah sang senja
Di antara bukit yang hijau
Sehijau perasaan jiwa
yang selalu rindukan cinta

Aliran sungai yang sendu
Membawa air mata hati
Di kala karang batu menghadang
Memecah buih jernih rasa sayang

Dahulu engkau tak tampak
tapi kini engkau bersinar
Di lubuk hati ku yang paling dalam

Jika dirimu tahu
Semua yang kurasakan
Sungguh teramat berat tuk mengatakan
Ku cinta padamu

Akan ku tunggu hingga saatnya tiba
Apa yang terpendam jauh di diriku
Akan ku tunggu sampai engkau pulang
Ke dalam dunia yang ku buat untukmu

Dahulu engkau tak tampak
tapi kini engkau bersinar
Di lubuk hati ku yang paling dalam

Jika dirimu tahu
Semua yang kurasakan
Sungguh teramat berat tuk mengatakan
Ku cinta padamu

Engkau tahu
Dan apabila kau tahu
Sungguh bahagia bila dapat ku katakan
Ku Cinta Padamu, Ku Cinta Padamu

Selasa, 07 September 2010

Bintang Sang Pembual

Sang Pembual sedang bisu
Tanpa nada dan rima
menatap atap penuh bintang
Tak berbataskan tirai kelopak mata
Hanya melihat satu bintang
dan ku tunjuk dengan diam sambil terlentang
sebelum tenggelam dan terbit malam esok lagi
Terbata-bata menggariskan jariku di konstelasi
Sebagai penggambaran betapa indahnya
Kosmos tak kan ku jamah tapi bintang
Satu bintang dari pembual ini dalam sanubari

Pembual yang berdoa di temani gelap malam
Untuk dapat terbang melayang
Manjajaki awan melangkahi surya hingga ku sampai
Ke satu bintang, bintang kembar yang saling mengitari
Kan ku dekati sedekat mungkin
Sampai ku terbakar habis olehnya
Hanya karena bintang-bintang
Satu bintang yang selalu bersinar terang
Di satu konstelasi terindah dalam hati sang Pembual

Sabtu, 04 September 2010

Kita Sang Kupu

Kita memulai bagai ulat merayap
memakan apa yang ada di sekitarnya saja
berjalan sedikit demi sedikit
dan terus berjalan mencari makan

Kita penuh bahaya saat itu
Karena hanya berjalan sendiri
memakan apa yang bisa kita makan
tapi tak paham bahwa nanti kita juga dimakan

Semakin lama kita selamat
Semakin lama kita makan
Semakin kita dekat dengan perubahan diri

dulu kita yang teramat jelek
hanya bisa makan dan makan
kini diam untuk merubah diri
sebagai sebuah kepongpong
kepongpong yang terdiam
hanya merubah diri menjadi lebih baik
lebih baik dan semakin baik

Tibalah saat itu
Saat-saat dimana kita keluar dari cangkang keras
yang menutupi tubuh lunak kita
selama berhari-hari di dalam sana
terkurung karena mengurung
dan retak melahirkan

Kita terlahir kembali
dalam satu kehidupan saja
menjadi sebuah kupu-kupu yang teramat indah
yang mampu terbang kesana kemari
dan hanya memakan sari pati bunga yang sehat dan segar
yang penuh dengan manfaat

Tapi, tidak selalu dari kita adalah ulat yang beruntung
banyak dari bangsa kita juga melakukan hal yang sama
tapi mereka tidak seberhasil kita menjadi kupu-kupu yang cantik
mereka malah menjadi seekor ngengat yang jelek
yang selalu mendekati api ketika malam
sehingga mereka membakar tubuh mereka sendiri

Lalu pada akhirnya akan ada kupu-kupu lain mendekati kita
dengan penuh cinta dan kasih
Serta penuh dengan keyakinan akan penciptanya

Kita pun mulai bertelur
telur-telur yang kemudian nanti akan menjadi ulat
ulat yang kemudian akan kita bimbing
akan kita arahkan untuk memiliki sayap yang indah
lebih indah dari sayap kita, dan juga keturunanya

Dan kupu-kupu itu, kita, akan mulai rapuh sayapnya
tak bisa terbang lagi mencari nektar
kemudian hanya bisa hinggap di atas bunga kesayangannya
dan mati dengan keindahan dan kemuliaan

inilah kita-kita nanti
Sang musafir, sang kupu-kupu
yang akan terus berdampingan dengan angin
dingin dan terik, dengan dan tanpa madu yang selalu ada