Sabtu, 04 September 2010

Kita Sang Kupu

Kita memulai bagai ulat merayap
memakan apa yang ada di sekitarnya saja
berjalan sedikit demi sedikit
dan terus berjalan mencari makan

Kita penuh bahaya saat itu
Karena hanya berjalan sendiri
memakan apa yang bisa kita makan
tapi tak paham bahwa nanti kita juga dimakan

Semakin lama kita selamat
Semakin lama kita makan
Semakin kita dekat dengan perubahan diri

dulu kita yang teramat jelek
hanya bisa makan dan makan
kini diam untuk merubah diri
sebagai sebuah kepongpong
kepongpong yang terdiam
hanya merubah diri menjadi lebih baik
lebih baik dan semakin baik

Tibalah saat itu
Saat-saat dimana kita keluar dari cangkang keras
yang menutupi tubuh lunak kita
selama berhari-hari di dalam sana
terkurung karena mengurung
dan retak melahirkan

Kita terlahir kembali
dalam satu kehidupan saja
menjadi sebuah kupu-kupu yang teramat indah
yang mampu terbang kesana kemari
dan hanya memakan sari pati bunga yang sehat dan segar
yang penuh dengan manfaat

Tapi, tidak selalu dari kita adalah ulat yang beruntung
banyak dari bangsa kita juga melakukan hal yang sama
tapi mereka tidak seberhasil kita menjadi kupu-kupu yang cantik
mereka malah menjadi seekor ngengat yang jelek
yang selalu mendekati api ketika malam
sehingga mereka membakar tubuh mereka sendiri

Lalu pada akhirnya akan ada kupu-kupu lain mendekati kita
dengan penuh cinta dan kasih
Serta penuh dengan keyakinan akan penciptanya

Kita pun mulai bertelur
telur-telur yang kemudian nanti akan menjadi ulat
ulat yang kemudian akan kita bimbing
akan kita arahkan untuk memiliki sayap yang indah
lebih indah dari sayap kita, dan juga keturunanya

Dan kupu-kupu itu, kita, akan mulai rapuh sayapnya
tak bisa terbang lagi mencari nektar
kemudian hanya bisa hinggap di atas bunga kesayangannya
dan mati dengan keindahan dan kemuliaan

inilah kita-kita nanti
Sang musafir, sang kupu-kupu
yang akan terus berdampingan dengan angin
dingin dan terik, dengan dan tanpa madu yang selalu ada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar