Minggu, 24 Oktober 2010

Bersabarlah Dinda

Hujan ini masih air
Dinda,
Bukanlah hujan karena air mata
Dinda,
Dan tak membawa derita
Dinda,

Masihkah kau mampu menelan
Di antara manusia-manusia ini
Tapi tetaplah, jangan bersedih
Dinda,

Ini adalah masa bukan masa mu
Bersabarlah sampai suatu masa
Bersabarlah Dinda

Nanti kau akan melihat melimpah
Tanahmu kaya sesungguhnya itu
Anakmu akan makan lebih kenyang
Bersabarlah Dinda

Dan,
Masihkah kau mampu menelan
Di antara manusia manusia itu
Tapi tetaplah jangan bersedih,
Bersabarlah Dinda

Jumat, 22 Oktober 2010

Untuk Mbak Yu

ayo mbak yu, tak kasih prosa pagi ini, dimulai dengan menyebut asma Tuhan.

Ayam berkokok saling bersahutan
Sorotan surya seperti tirai langit
Langkah derap bocah-bocah berlarian,
Di antara mbak yu yang menyiapkan hidangan

Mbak yu mengawali pagi bagi kang mas nya,
Menyalin semangatnya Srikandi
Mbak yu, bergegas merapi-rapi yang kudu rapi,
Demi sawangan yang indah untuk keluarganya

Wadoh, Super women banget mbak yu,
Sudah siap-siap ngepel lantai yang baru aja di sapu

Biar pagi mambu keringat,
bumi digegerke Merapi demo,
mbak yu tetep lanjut cuci bajunya Kang Mas

Wedyan para Kang Mas,
mbak Yu itu titisan Superman,
makan nya ga sebadog kang mas makan pas Ngangsu

Gitu lho para Kang mas,
mau gantian mboten sama mbak yu ne
Semoga para Kang mas lebih legowo kalo tiba2 di buatin kopi asin,
atau kalo di buatin nasi jagung

Itulah sekedar prosa buat mbak yu,
mbak2 sing pasti do ayu2,
mbak2 sing wonder women.

Dan sebagaimana ada awal ada akhir, prosa di tutup dengan rasa terima kasih kita sekalian kepada Sang Tuhan karena menciptakan Mas dan Mbak Yu, END

Rabu, 20 Oktober 2010

Halte 4 tahun



Di sebuah halte teduh aku datangi
Karena beberapa saat ku perhatikan
Ada bus wisata cantik yang melintas

Ku pikir aku bisa turut dia
Menaikinya untuk berkeliling dunia
Hingga ku tunggu bus itu di halte teduh ini

Kulihat bus itu mendekat,namun ternyata lewat saja

Ya, ku tunggu saja, barangkali bus itu sedang tak berhenti di sini
yang ternyata saat itu dia singgah di halte lainnya

Ya, ku tunggu saja, barangkali bus itu akan berhenti di sini

dan ternyata sudah 4 tahun aku duduk di halte bus yang teduh ini
yang justru bus lain yang sering lewat di sini
mampir selalu di halte ini, dan itu bermacam-macam
dan sering menarik ku untuk turut menumpang

tapi aku sedang ingin berwisata
dan hanya bus wisata itu saja yang bisa membawaku

Ya, ku tunggu saha, barangkali bus itu akan memberi tumpangan padaku

tapi, sudah terlalu lama ku duduk
lama-lama rasa gerah ini muncul
kini aku sudah mulai melihat-lihat arlojiku
hmm.. 4 tahun ya
Lebih baik aku bergerak sebentar daripada menjadi arang

Hai 4 tahun, sebenarnya aku yakini
namun karena aku saja yang takut dan malu
aku takut kalau-kalau bus wisata itu justru menabrakku bukan memberiku tumpangan
aku malu karena sampai sekarang aku tak menelepon pelayanan bus itu

Ya, semua cuma karena aku takut dan hanya malu
yang membuatku terus duduk di halte ini

Tapi seorang bijak berkata padaku
dia menasehati bukan memberi bualan seperti yang aku lakukan
"Janganlah kau egois terhadap dirimu sendiri,
Jika kau ingin berwisata, kejar bus wisata itu!"

Nasihat yang menyejukkan
namun menjadi dilema
karena meski telah lama
namun seperti melakukan sesuatu yang baru
atau mengulang dari awal

Yah, 4 tahun halte bus ini menghidupi ku
sementara saja
Untuk 4 tahun, mungkin saja sekelebat bus itu pernah lewat
tanpa aku sadari atau ketika aku tertidur

Yah, untuk 4 tahun
4 tahun, 4 tahun
4 tahun di halte bus

Rabu, 13 Oktober 2010

Running Out Of Time

They say life is much precious
Every day is like a gem
Then days with you are diamonds
...I enjoy each one of them

And those who adore starshine
With them I won’t better fight
As lying here beside you
Makes me treasure every night

Still good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Sweetest darling, please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…

They say love is a flower
Then what we have is a rose
Watered by your kisses
In my heart her blossom grows

Though in spring fresh rain and warm breeze
Let thrive every dainty bloom
Don’t forget the stem soon weakens
As comes heavy autumn gloom

Dear, good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Pretty baby, please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…

I feel hours falling
Into vain like grains of sand
Know when there just remains darkness
I will miss your loving hand

And the sweet words those you whisper
I‘ll let echo in my ears
When instead of your lips on my cheek
There will be a trace of tears

‘Cause, good things sometimes get burried
In deep graves just like the bad
And although times spent with you
Were the best I’ve ever had

I may dream of love eternal
But forgive me, I don’t trust…
Cinders ablaze fall to ashes
Then wind blows away the dust

Take my life, but please don‘t promise
I can always claim you mine
I can’t see dawn behind shadows
We are running out of time…


(Nice lyric/poem from my friend from Slovakia, Gabriela Ďuricová)

Sabtu, 09 Oktober 2010

Pelari



Ada sebuah pertandingan
Di situ ada Penyair yang ikut
Tak cakap dia berlarinya
kerana syair saja dia bisa

Akhirnya semua di mulai
Semua bersiap sedia
dan lari lah mereka macam harimau
seronok lah

Penyair saja yang berbeza
baru di tengah dia terengah lelah
Paling tidak dia berjalan saja
Lajunya pelan tak apa sebentar beristirahat

Dia liat tak ada lagi penantang
Sesama pelari itu
Ternyata dia sendiri saja berlaga
Hanya lintasan yang menemani
Sambil dahaga merasuk

Sambil berjalan berdendanglah dia
Syair-syair Melayu nan elok
Bagaikan pelita ketika malam
Sebagai teman saja penyair itu berjalan

Dia harap pulihlah tenaga
Supaya bisa perlahan kemudian lari lagi
Sampai garis akhir
Harus sampai garis akhir
Meski tak juara
Tapi bermakna kemenangan

Jumat, 08 Oktober 2010

Lilin



Malam datang tiba-tiba
Aku bingung karena buta
Tak lihat apalah yang ku jamah ini
Sampai peri api menyedekahkan api
dan di berikannya kepada lilin

Ku bisa melihat sekarang
Meski remang-remang tak jelas
Aku bisa tahu apa yang ku jamah
Yang tajam atau yang tumpul

Sekelebat saja bayangan
Karena api yang tertiup
Mengagetkanku tadi

Semakin malam dan gelap
Ku lihat batang lilin itu
Makin tergerus hangatnya api
Makin turun mendekati meja
Menjalari tubuhnya yang ramping

Akupun berpikir, "sampai berapa lama lilin itu akan menyala?"
"Bisakah dia tetap menerangiku sampai malam usai?"
"Sampai kapan ya? Apa lilin itu kuat sampai selama itu?"

Dan sampai malam tak terhitung jam
hanya itu yang ku pikirkan saja

Minggu, 03 Oktober 2010

Bunga itu Saja

Aku melihat sebuah taman bunga
Terdiri dari berbagai macam nan indah
berkeliling melihat-lihat
sampai ku lihat bunga itu cantik sekali

Aku mendatangi pemilik kebun
Bertanya, apakah aku boleh memiliki bunga itu
Dia menjawab, "Jika kau bisa mencabutnya,
Tanpa merusaknya, Dan terjaga keindahannya,
Ambil lah!"

Dengan kegembiraan ku datangi bunga itu
Dengan ku bawa peralatan berkebun yang ku pinjam
Dengan cepat ku datangi bunga itu
Dengan ku bawa keceriaan yang tiba-tida ku dapat

Lalu ku duduk di sampingnya
Ku amati bunganya, daunnya, batangnya
Wow, apakah batang ini rapuh?
Karena kecil dan tak terlihat kuat
Wow, apakah batang ini kuat?
Karena terlihat akar yang menopang dengan rapat

Galau pun melandaku
Apakah bunga itu harus ku miliki?
Bagaimana jika kemudian ku merusakkannya?
Karena taman itu hanya punya 1 bunga tiap jenisnya

Galau pun melandaku
Bijakkah aku jika harus mencabutnya?
Bagaimana jika akarnya menjadi tidak kuat?
Sehingga bunganya menjadi tidak indah lagi

Aku pun kembali ke pemilik kebun
Dan bertanya kembali kepadanya
Apakah bijak jika aku memlikinya?
Bagaimana kau bisa memilikinya?

Dia pun menjawab, "Aku tidak memliki bunga-bunga itu,
aku hanya memiliki kebun ini saja,
Karena bunga yang indah sepantasnya tidak bisa dimiliki,"

Baiklah, lebih baik ku pandangi saja ke indahannya di kebun ini
Tak akan ku petik ataupun ku cabut bunga itu
Biarlah bunga itu tetap mekar dan semakin cantik

Jumat, 01 Oktober 2010

Eyes will Tell



bayangkan saja apa yang aku puisikan,,,

Yang Sudah Rapuh

Di sini ku melihat ke bawah ada dunia
Tempat yang menakjubkan dan indah
Dimana bahasa adalah mukjizat

Ada alunan melodi alam
Melantunkan cinta sang Pemahat
Meraba-raba likuk udara

Kepada bumi terpijak ku bertuturkan

Aku datang dari dunia lain, merangkul fana,
menjelma menjadi liat,
mematung tak daya,
rapuh dan terasing,
dan menunggu hancur.
Tapi setidaknya akan bertahan satu abad lagi
karena ada patung di seberangnya
yang ingin ia temani sampai senjanya

Kepada sang Pemahat aku memohon
Tolong kuatkan aku
Jangan biarkan aku hancur dahulu
Untuk setia menemani patung di seberang itu

Rabu, 29 September 2010

Tiga Suasana

Siang

Cerahmu menceriakanku
Dengan awan putih yang tersusun rapi
Mereka berlarian di hati ini
Dan melindungi cintanya dari matahari

Panas menyemangati insan ini
Untuk berlari mengejar hidup
Sambil mencari-cari awan yang mencinta
dalam citra terangnya siang

Sore

Hinggaplah awan mendung di genteng gedung ini
Berputar-putar saja dan tak bisa di usir
Semakin gelap dan semakin gelap
Hangat tadi memendungkan tapi hati ini tak akan mendung

Hanya butuh sedikit sentilan
untuk membuatnya hujan
yang membuat para khalifah berlari menyingkir
Dia itu sebenarnya bercanda padahal itu rizki

Gelap

Karena ku tulis dalam ruangan
Menulis suasana hati sang awan
Refleksikan diriku ini
Apa benar? karena ini hanya bualan

Tapi jangan hujan sekarang
Aku sedang berlari membawa buku
Nanti kau membasahi ku
Dan mematahkan semangat hati ini sementara
Tunggulah sejenak, tahan hujanmu
Sampai ku pulang
Ke dalam dunia yang ku buat untukmu

Bual Tanya Cinta

Aku tak bertanya kepada matahari
Karena Dia yang menyinariku
Aku tak bertanya kepada bulan
Karena Dia penerang malamku
Apalagi dengan bintang-bintang
Karena Dia menjadi penunjuk jalanku

Cinta menjawabku padahal tak kutanya
Cinta menemaniku padahal tak kuminta
Cinta mendatangiku padahal tak ku undang
Cinta merasuki ku tanpa ku suruh

Oh, betapa hangatnya cintaku ketika bersyair
Meski sesungguhnya aku hanya berbual saja
terlepas dari keinginan akan ego ide-ideku
Aku ingin mencintai Dia
Mencintai Dia dengan sangat dan tulus

Kini tanyaku hanya kepada Dia
Apakah Kau bersedia aku cintai?
Karena aku tak mungkin bertanya kepada matahari, bulan ataupun bintang.

Kamis, 23 September 2010

Sendiri

Dalam keramaian aku sendiri
Hanya duduk kesepian diantara ratusan pejalan
Kosongnya aku padahal suara manusia berjejalan

Kosongnya diriku

Aku menanti dan memanggil
Yang mampu menjadi pembuat senyum
Meski senyum itu hanya sedetik saja

Tetap ku tunggu di sini

Tak datang, tapi ku bertahan
Dengan seabreg kekacauan diriku ini
Hanya terdiam di keramaian saja

Lalu ku berjalan menuju ke tempat berlutut
Melihat buramnya langit yang menangis
Mengerang-erang tak henti
Membuatku semakin mendiam menunggu dia diam

Hingga ku sadar ku ingin tetap berdiam
Tanpa yang menemaniku
Yang mungkin mengukuhkan jiwa raga

Diriku jauh kesendirian

Aku pun pergi menerjang tirai hujan
Harapku itu kubuang sudah untuk hari ini
Kini ku hanya duduk di pinggiran jalan
Tak melakukan apa-apa
Hanya duduk diam menunggu
Sambil di guyur hujan yang tak mereda

Benar-benar kacaunya diriku
Kacaunya diriku
Benar-benar kacau

Kamis, 09 September 2010

Tolong Terima

Maaf
Ini bukanlah syair
Maaf
Ini bukanlah lirik
Maaf
Ini bukanlah kata bijak

Kali ini sang Pembual takkan berbual
Karena hal ini adalah sesuatu yang tulus
Sang Pembual hanya ingin sesuatu yang esensi

MAAF

MAAF

MAAF

tolong terima maaf ku ini

Rabu, 08 September 2010

Tidurlah Dinda

Dingin ini makin terasa
Sunyi ini makin terdengar
Sepi ini makin terlihat
di tempat ku bernaung

Malam pun semakin gelap
Bulan kini tak tampak
Bintang kini sembunyi
Di balik sang awan

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Orang-orang kini terlelap
Seusai mencari nafkah
Walau habiskan hari
Inilah yang di tunggu

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Nanti ku kan berkunjung
Di Dalam ruang mimpimu
Mimpi yang kan kuindahkan
Dengan canda dan tawa ku

Segeralah kau tidur
Agar ceria esok
Hingga kau dapat kejar
Hari-hari indah di sana

Oh Dinda, tidurlah
Sampaikan salam di mimpimu
Oh Dinda, pejamlah
Matamu yang lelah itu

Jika Dirimu

Hatiku semerah sang senja
Di antara bukit yang hijau
Sehijau perasaan jiwa
yang selalu rindukan cinta

Aliran sungai yang sendu
Membawa air mata hati
Di kala karang batu menghadang
Memecah buih jernih rasa sayang

Dahulu engkau tak tampak
tapi kini engkau bersinar
Di lubuk hati ku yang paling dalam

Jika dirimu tahu
Semua yang kurasakan
Sungguh teramat berat tuk mengatakan
Ku cinta padamu

Akan ku tunggu hingga saatnya tiba
Apa yang terpendam jauh di diriku
Akan ku tunggu sampai engkau pulang
Ke dalam dunia yang ku buat untukmu

Dahulu engkau tak tampak
tapi kini engkau bersinar
Di lubuk hati ku yang paling dalam

Jika dirimu tahu
Semua yang kurasakan
Sungguh teramat berat tuk mengatakan
Ku cinta padamu

Engkau tahu
Dan apabila kau tahu
Sungguh bahagia bila dapat ku katakan
Ku Cinta Padamu, Ku Cinta Padamu

Selasa, 07 September 2010

Bintang Sang Pembual

Sang Pembual sedang bisu
Tanpa nada dan rima
menatap atap penuh bintang
Tak berbataskan tirai kelopak mata
Hanya melihat satu bintang
dan ku tunjuk dengan diam sambil terlentang
sebelum tenggelam dan terbit malam esok lagi
Terbata-bata menggariskan jariku di konstelasi
Sebagai penggambaran betapa indahnya
Kosmos tak kan ku jamah tapi bintang
Satu bintang dari pembual ini dalam sanubari

Pembual yang berdoa di temani gelap malam
Untuk dapat terbang melayang
Manjajaki awan melangkahi surya hingga ku sampai
Ke satu bintang, bintang kembar yang saling mengitari
Kan ku dekati sedekat mungkin
Sampai ku terbakar habis olehnya
Hanya karena bintang-bintang
Satu bintang yang selalu bersinar terang
Di satu konstelasi terindah dalam hati sang Pembual

Sabtu, 04 September 2010

Kita Sang Kupu

Kita memulai bagai ulat merayap
memakan apa yang ada di sekitarnya saja
berjalan sedikit demi sedikit
dan terus berjalan mencari makan

Kita penuh bahaya saat itu
Karena hanya berjalan sendiri
memakan apa yang bisa kita makan
tapi tak paham bahwa nanti kita juga dimakan

Semakin lama kita selamat
Semakin lama kita makan
Semakin kita dekat dengan perubahan diri

dulu kita yang teramat jelek
hanya bisa makan dan makan
kini diam untuk merubah diri
sebagai sebuah kepongpong
kepongpong yang terdiam
hanya merubah diri menjadi lebih baik
lebih baik dan semakin baik

Tibalah saat itu
Saat-saat dimana kita keluar dari cangkang keras
yang menutupi tubuh lunak kita
selama berhari-hari di dalam sana
terkurung karena mengurung
dan retak melahirkan

Kita terlahir kembali
dalam satu kehidupan saja
menjadi sebuah kupu-kupu yang teramat indah
yang mampu terbang kesana kemari
dan hanya memakan sari pati bunga yang sehat dan segar
yang penuh dengan manfaat

Tapi, tidak selalu dari kita adalah ulat yang beruntung
banyak dari bangsa kita juga melakukan hal yang sama
tapi mereka tidak seberhasil kita menjadi kupu-kupu yang cantik
mereka malah menjadi seekor ngengat yang jelek
yang selalu mendekati api ketika malam
sehingga mereka membakar tubuh mereka sendiri

Lalu pada akhirnya akan ada kupu-kupu lain mendekati kita
dengan penuh cinta dan kasih
Serta penuh dengan keyakinan akan penciptanya

Kita pun mulai bertelur
telur-telur yang kemudian nanti akan menjadi ulat
ulat yang kemudian akan kita bimbing
akan kita arahkan untuk memiliki sayap yang indah
lebih indah dari sayap kita, dan juga keturunanya

Dan kupu-kupu itu, kita, akan mulai rapuh sayapnya
tak bisa terbang lagi mencari nektar
kemudian hanya bisa hinggap di atas bunga kesayangannya
dan mati dengan keindahan dan kemuliaan

inilah kita-kita nanti
Sang musafir, sang kupu-kupu
yang akan terus berdampingan dengan angin
dingin dan terik, dengan dan tanpa madu yang selalu ada

Rabu, 04 Agustus 2010

Dalam Puncak



Kini aku sebagai orang dalam Pencapaian
Ragaku mencapainya dan jiwaku puas akan hal itu
Namun tempatku duduk ini adalah sebuah kebosanan
Ketidak mampuan bahkan tak tertampungkan
Karena kini aku duduk diantara domba-domba yang berkeliaran
Dimana mereka berduyun-duyun berkeringat dingin sedang mencari
Sebuah Pencapaian bagi batin mereka yang akan mereka dapatkan dari Sang Penggembala

Namun akulah salah satu domba beruntung itu
Aku telah mendapatkan hadiah pertama kali dari sang Penggembala
Sehingga kini aku dalam kebosanan karena tak ada lagi yang harus kucapai, atau belum?

Senang atau Susahkah seharusnya aku?
Bangga atau Terdiam sajakah seharusnya aku?

Terkadang memang Pencapaian membuatmu buntu ketika di puncak
Ketika kau daki gunung tertinggi dan kau berhasil di puncaknya,
Hal yang kemudian akan mereka lakukan adalah menikmati puncak itu lalu kemudian kembali turun

Tapi ini takkan kulakukan, akulah domba yang mendapatkan Pencapaian
Akan istana dari batu-batu di puncak itu
Aku akan tinggal di sana menunggu para domba yang mendaki
Melihat mereka, mempelajari mereka cara mereka mendaki serta mengamati sekitar
Mencari gunung yang lebih tinggi lagi dari yang tertinggi
Jika tak kutemukan maka akan kubuat sendiri gunung itu dengan Pencapaianku ini
Semakin tinggi, semakin tinggi, semakin tinggi, hingga aku ada di atas segalanya

Jumat, 30 Juli 2010

Nostalgia Kita



Melihat jauh ke tempat dahulu menjadi masa yang indah
Berkumpulah nostalgia denganmu dan aku bercerita semua

Dulu kita berjalan di sana bercengkerama dan nikmati dunia
Sambil berjalan ku ingat ku berikan suatu yang dulu istimewa



Itulah satu nostalgia kita yang takkan pernah kita lupakan
jadi ingatan manis selalu setia di hati
Itulah satu nostalgia kita yang selalu kita rindukan
jadi kenangan manis selalu setia di hati



Nostalgia kita kenangan kita
bahagia kita dari masa-masa
Nostalgia kita kenangan kita
untuk selamanya

(Puisi sederhana untuk para Kakek dan Nenek yang saling mencintai sampai akhir usianya)

Selasa, 01 Juni 2010

Hanya Kau



Engkau datang dengan membawa senyuman
Kata maaf lalu terucap dari bibirmu
Tak terpikir, kau datang membawa kesalahan
Karna bagiku kehadiranmu, cukup untuk, membuatku tersenyum senang

Kau bergegas bersamaku berlari kecil
Ke sebuah tempat yang telah kita perjanjikan
Melangkah pelan, mencari tempat tuk bernaung
Lalu kau duduk di samping, ada di dekatku, membuatku tersenyum senang

Kau yang membuatku bisa slalu tersenyum
Sepanjang hari, sepanjang waktu
Hanya hadirmu disini bisa bahagiakan aku
Sepanjang hari, sepanjang waktu