Angin berhamburan deras
Berdeburan menerjang pepohonan
Kencang menerjang tubuhku
Seakaan menjadi pengingat singkatnya pertemuan kita
Awan putih tersapu bersih
Terbuka lebar celah biru langit
Menentramkan pandangan mataku
Seaakan menjadi pengingat betapa luas bahagiaku denganmu
Kita terpisah jauhDan terhubung lewat angin
Kita terpisah demi mimpi
Kemudian bertemu dan menyatu
Kita saling berkata, "Ini hanya sementara,"
Akan ada bahagia di akhir cerita
Sebagai pengawal cerita yang kita impikan
Duduk berdua disinggasana pelaminan
Senin, 09 April 2012
Sabtu, 03 Maret 2012
Iri, Mungkin....
Diriku sangat bahagia bersama cinta
Hingga lupa bagaimana rasanya bersyair
Diriku terlalu bahagia bersama cinta
Hingga tak pernah memberinya bait-bait

Kini aku iri, iri sekali
Mungkin aku cemburu
Dengan insan yang memburu mawarku
Penuh dengan puisi, ya aku iri, mungkin cemburu
Aku iri dengan apapun yang ia lakukan
Meski aku tahu, mawarku jadi masa depanku
Aku iri karena tak menghadiahi syair-syair kembali
Ya aku iri, mungkin cemburu
Pembual ini kini membual
Tapi sendiri saja, malu karena iri
Terimakasih iri, memberikan bualanku
Kembali lagi bualanku
Ya aku iri, mungkin..... cemburu
Hingga lupa bagaimana rasanya bersyair
Diriku terlalu bahagia bersama cinta
Hingga tak pernah memberinya bait-bait

Kini aku iri, iri sekali
Mungkin aku cemburu
Dengan insan yang memburu mawarku
Penuh dengan puisi, ya aku iri, mungkin cemburu
Aku iri dengan apapun yang ia lakukan
Meski aku tahu, mawarku jadi masa depanku
Aku iri karena tak menghadiahi syair-syair kembali
Ya aku iri, mungkin cemburu
Pembual ini kini membual
Tapi sendiri saja, malu karena iri
Terimakasih iri, memberikan bualanku
Kembali lagi bualanku
Ya aku iri, mungkin..... cemburu
Jumat, 02 Maret 2012
Di Akhir Bulan Ketiga
Mawarku jauh disana
Mengernyitkan pangkal bunga
Demi di akhir bulan ketiga
Mendongak mengamati bulan
Terpa angin membuatnya bergidik
Dingin, tak sontak meluruhkan
Demi di akhir bulan ketiga
Berpindah pot, berganti tanah
Pembual dipeluk sirna
Menanti sapa dalam momentum
Demi di akhir bulan ketiga
Berduduk tak bergoyah
Sepinya kesepian meski bicara
Tertambal surat menyurat dengan ia
Demi di akhir bulan ketiga
Pelukku hanya lewat pena
Pembual ingin mawarnya
Memetik tangkai yang mustahil layu
Pada akhir bulan ketiga
Aku akan bisa mencium wangi mawarku
I miss you, my Rose @}---
Mengernyitkan pangkal bunga
Demi di akhir bulan ketiga
Mendongak mengamati bulan
Terpa angin membuatnya bergidik

Demi di akhir bulan ketiga
Berpindah pot, berganti tanah
Pembual dipeluk sirna
Menanti sapa dalam momentum
Demi di akhir bulan ketiga
Berduduk tak bergoyah
Sepinya kesepian meski bicara
Tertambal surat menyurat dengan ia
Demi di akhir bulan ketiga
Pelukku hanya lewat pena
Pembual ingin mawarnya
Memetik tangkai yang mustahil layu
Pada akhir bulan ketiga
Aku akan bisa mencium wangi mawarku
I miss you, my Rose @}---
Rabu, 01 Februari 2012
Aku rindu, benar-benar rindu
Tak ada kata gurau didada
Tersapih angin malam kering merana
Aku butuh pertolongan dari penyelamat
Sesak ini menghujam terlalu rapat
Aku berdiri, jatuh tersungkur
Aku bernafas, sesak tersedak
Hatiku jatuh tersungkur karena cinta
Dan jiwaku sesak terjerat rindu
Aku rindu, benar-benar rindu
Berbalas surat hanya pelega dahaga
Raga tak kunjung melepas jerat
Aku rindu memelukmu erat
Aku rindu mengusap keningmu tanpa jelaga
Aku rindu, benar-benar rindu
Pagiku, siangku, malamku
Sepi dan tersepikan jarak
Tawa kala lelucon kawan
Aku rindu tertawa denganmu
Aku rindu, benar-benar rindu
......
......
......
......
Aku rindu, benar-benar rindu
Tersapih angin malam kering merana
Aku butuh pertolongan dari penyelamat
Sesak ini menghujam terlalu rapat
Aku berdiri, jatuh tersungkur
Aku bernafas, sesak tersedak
Hatiku jatuh tersungkur karena cinta
Dan jiwaku sesak terjerat rindu
Aku rindu, benar-benar rindu
Berbalas surat hanya pelega dahaga
Raga tak kunjung melepas jerat
Aku rindu memelukmu erat
Aku rindu mengusap keningmu tanpa jelaga
Aku rindu, benar-benar rindu
Pagiku, siangku, malamku
Sepi dan tersepikan jarak
Tawa kala lelucon kawan
Aku rindu tertawa denganmu
Aku rindu, benar-benar rindu
......
......
......
......
Aku rindu, benar-benar rindu
Kamis, 28 Juli 2011
Sapa untuk Dinda
Samudera tak terukur dalam
Cahaya pun tak tembus kelam
Dan malam tak mengeram
Diri hamba terperanjat sekam
Wanita ini bukan belati
Yang menyayat wajah melati
Jiwa yang sekokoh jati
Rubuhlah di palung hati
Insan dan bertutur kata
Hamba pun terbata-bata
Bintang cerah menelisik mata
Hatiku tak menjadi buta
Serpih hari tertuang tuk sua
Hanya sekedar tuk saja sapa
Kepada wanita pujaan jiwa
Lutut ku bersimpuh hadapnya
Minggu, 17 Juli 2011
Bidadari Terpejam
Ada bidadari terpejam
Ia sedang letih raga
Bukan karena terhempas rajam
Atau terbakar bara
Tubuhnya merebah di hamparan sutera
Cantik indah semegah lautan mega
Tanpa gerak ia menari ribuan dansa
Dalam lelap demi terjaga di bahagia
Wajahnya diam penuh ungkapan
Hingga sajak ini tak jadi tiada
Bidadari terlentang dalam harapan
Terpandang kau memukau hamba
Ia sedang letih raga
Bukan karena terhempas rajam
Atau terbakar bara
Tubuhnya merebah di hamparan sutera
Cantik indah semegah lautan mega
Tanpa gerak ia menari ribuan dansa
Dalam lelap demi terjaga di bahagia
Wajahnya diam penuh ungkapan
Hingga sajak ini tak jadi tiada
Bidadari terlentang dalam harapan
Terpandang kau memukau hamba
Jumat, 08 Juli 2011
Sajak si Bulan

Bergumpal awan tipis di dalam senja
Pemisah antara senja dan rina
Pekat itu lembut sesungguhnya
Bagai kabut tak tercampur jelaga
Randu terpisah angin membawa
Bertebaran dan di terpa cahaya
Cahaya yang setitik terantara
Awan tipis itu apa?
Itu rinduku yang tersendu
Tapi bukan Melayu yang mendayu
Rindu mawar dari lubuk kalbu
Aku Bulan ingin bertemu Bintangku
Rabu, 29 Juni 2011
Ribuan Ungkapan Rindu Tak Tersusun
Bulan mengintip di balik semak
Jupiter menggandeng Virgo yang setia
Kerlip Spica terbias karena tersentak
Karena kuamati setelah sekian lama
Yang jauh disana apa kau amati
Aku menunjuk mega bergelar lintang
Itu kau yang bersinar di atas hati
Yang selalu memberiku cahaya lantang
Cemara meranggaskan angin
Lirih siup sepoi teriris bisik
Si cantik di sisi pantai yang dingin
Pembual tulis bualan agar sedikit terusik
Hatimu yang berjelal akan rindu
Hatiku yang bergumbul oleh syahdu
Agar sesakmu sedikit terurai
Kupersembah bualan yang panjang terangkai
Bualanku adalah hidup
Tapi cinta ku adalah matahari
Yang takkan pudar ataupun redup
Seperti lilin yang telah habis mati
Dulu seonggok hati ini bersayap
Tapi kini yang telah lenyap
Karena benda kini bersarang apik
Tercuri oleh sangkar mawar cantik
Rupawan sang Dewata menata
Tali merah terkait erat mengikat
Hingga rindu ini terbata-bata
Ingin ku jumpa pun makit kuat
Seandainya aku merpati putih
Segera pergi tanpa waktu ku sapih
Demi puteri yang menanti
Seekor naga ini yang luluh hati
Sungguh seribu kias ingin kuungkap
Yang tertulis atau yang ku ucap
Ekspresi hati ku yang meluap
Untukmu bualan ini terusap
Bunga Mawar
Senin, 27 Juni 2011
Hai Mawar
Ini adalah dingin malam
Tampak tenang tak suram
Mawar rona antara temaram
Teja rembulan mengirim salam
Harum dia larut di udara
Kau terukir keras di hati kanda
Terngiang tak henti tentang kata
Benar lah pembual rindu dinda
Sajak bersenang senandung
Iringi riangnya kidung
Persembahan untuk bintang ia berkalung
Hati yang indah tak berkabung
Untuk yang cantik jiwanya
Yang nyata dan tak maya
Tempat tertambatnya hati hamba
Sungguh mawar yang kucinta
Minggu, 05 Juni 2011
Bunga
Untuk yang tegar jiwanya
Namun rapuh hatinya
Senyumlah kemudian
Janganlah kau berlarut sedih nian
Ini warna hidupmu
Terlukis indah kadang luka
Tertulis juga sendu
Namun tetap ingatlah ria
Kepada yang jiwanya tegar
Padamu aku bersauh
Serangkai mawar kuberi yang mekar
Agar hatimu tetap tinggi tak jatuh
Namun rapuh hatinya
Senyumlah kemudian
Janganlah kau berlarut sedih nian
Ini warna hidupmu
Terlukis indah kadang luka
Tertulis juga sendu
Namun tetap ingatlah ria
Kepada yang jiwanya tegar
Padamu aku bersauh
Serangkai mawar kuberi yang mekar
Agar hatimu tetap tinggi tak jatuh
Published with Blogger-droid v1.6.8
Minggu, 22 Mei 2011
Sadur
Mengurungkan hasta
Menuding pena
Legam kutikam
Rasa menerkam
Merak berbicara
Tentang rumput terhampar
Bidu terlena
Hatinya terkapar
Pembual berucap
Tentang cahaya didada
Dinda hanya tatap
Aku tak tahu apa maknanya
Waktu tertulis
Raga mengiris
Daun bergolak
Tapi hati menolak
Pohon terpanggil
Bual sang muda
Tak sadur terampil
Dari guru sang senja
Maafkan hamba
Apakah terluka
Bait tertata
Merakit rasa
Selasa, 17 Mei 2011
Bulan Purnama
Bulan ku nan indah
Purnama yang penuh cahaya
Kecantikan alami yang tertatah
Malam gelap ia beri pelita
Kelam bukanlah suram
Karena bulan telah menyalakan
Secercah sinar-sinar temaram
Terbias oleh sekat-sekat awan
Cantiknya memantulkan
Kharisma sang Matahari
Dengan senyum yang ia torehkan
Dari senja hingga datang pagi
Tak urung pembula tersenyum
Menyengingir karena terpesona
Sekelebat terlintas biduan yang ia beri kagum
Yang seperti bulan selalu tampak pipi yang merona
Bulan ku nan indah
Sajak tentang cahaya tak sirna
Tak tertutup oleh besarnya kubah
Karena terjaga hati penyair yang berkelana
Melukis
Akan terasa ronanya ketika kau adalah kertas putih
Yang mulai diberi warna dari yang ringan
kemudian alur warna mulai menjadi indah
Ketika itu berhenti, bekasnya akan tertoreh
Jauh di dalam kreasi sang pelukis
Tapi ketika goresan itu di teruskan
Dengan tinta yang berubah-ubah
Pelukis akan memiliki dua pilihan
Menyelesaikan lukisannya sehingga indah
Atau mematahkan kuasnya hingga lukisan tersebut tersungkur
Semua ada perca tersendiri di kertas maupun di kanvas
Dengan lukisan yang tak selesai, yang rusak, atau yang indah
Itulah kenapa warna-warna begitu berarti
Yang mulai diberi warna dari yang ringan
kemudian alur warna mulai menjadi indah
Ketika itu berhenti, bekasnya akan tertoreh
Jauh di dalam kreasi sang pelukis
Tapi ketika goresan itu di teruskan
Dengan tinta yang berubah-ubah
Pelukis akan memiliki dua pilihan
Menyelesaikan lukisannya sehingga indah
Atau mematahkan kuasnya hingga lukisan tersebut tersungkur
Semua ada perca tersendiri di kertas maupun di kanvas
Dengan lukisan yang tak selesai, yang rusak, atau yang indah
Itulah kenapa warna-warna begitu berarti
Sabtu, 14 Mei 2011
Dragon Fall

I'm a Dragon
My claw, harder than a steel
My skin, stronger than a rock
My teeth, sharper than a sacred sword
My breath, hotter than a volcano
I'm a Dragon
My name is a fear
When I fly, everything run away from me
When I scream, everyone lost their brave
Until one day, the brave heart from weakling comes
A tiny knight that challenge me to death
I knew if I throw my spit, he melt easily
So I act like usual
Walking, screaming, bleeding, falling..
But, it just act to satisfy his heart
In the end, he died in my hand
I kill people, again
I'm a Dragon
Sometimes, I cry
but, I'm so terrifying
no one know when I sad,
because they were afraid of my voice
Until one day, the brave heart from weakling comes
A tiny knight that challenge me to death
I knew if throw my spit, he melt easily
So I act like usual
But, it's different
this thing didn't wear any armor
No weapon aimed toward me
This weakling stare at my eyes
And I see those little eyes
I've realize that this thing is not a warrior
this thing is a Princess
I'm a Dragon
and a beautiful princess in front of me
No, I'm not scare, but I've melt
Because she stare at me without hatred
But when she comes to me, walked slowly
I know I scared, I scared if I kill her
Because I'm so dangerous
But she still stared at my eyes
She show her tiny hand
Slowly, trying to touch my skin
I'm still scared but I try to do nothing
that could harm her
She touch me, and talk to me
She said, I'm not terrifying
She put her cheek to my ugly face, and hug me
Smooth, and weak
I'm a Dragon
That fall from the sky
Because my heart has been touched
by a beautiful Princess
And my heart fall to her
Rabu, 11 Mei 2011
Keranda Mayat
Para penyuara menyeru
Tapi sang pengeras suara telah mati
Sepertinya kabel yang menghubungkan telah putus
Rusak dimakan rayap sehingga tak bersuara
Para penyuara ingin memakamkan
Suara-suaranya yang tak bersuara lagi
Karena sang pengeras suara sudah tak berfungsi
Siapkan saja keranda mayat untuknya
Para penyuara kelaparan lelah
Suaranya tak terdengar
Bisa-bisa mereka mati kurus
Mereka juga menyiapkan keranda mayat untuk mereka
Mati sudah
Suara tak lagi menggaung
Untuk apa pengeras suara jika tak berfungsi
Hanya membawa rugi bagi penyuara yang telah membelinya
Masukkan saja ke Keranda Mayat!
Tapi sang pengeras suara telah mati
Sepertinya kabel yang menghubungkan telah putus
Rusak dimakan rayap sehingga tak bersuara
Para penyuara ingin memakamkan
Suara-suaranya yang tak bersuara lagi
Karena sang pengeras suara sudah tak berfungsi
Siapkan saja keranda mayat untuknya
Para penyuara kelaparan lelah
Suaranya tak terdengar
Bisa-bisa mereka mati kurus
Mereka juga menyiapkan keranda mayat untuk mereka
Mati sudah
Suara tak lagi menggaung
Untuk apa pengeras suara jika tak berfungsi
Hanya membawa rugi bagi penyuara yang telah membelinya
Masukkan saja ke Keranda Mayat!

Senin, 09 Mei 2011
Fear

Lightning hit the surface
They clap in your braveness
Some of rain separated from their mother
Cloud cry about her falling son
The air turn to chill
Freeze my soul from awareness
I've realize that I saw a fears
Crouching, Lurking, behind my tomb
Fear,
Can you see you have it too
and you have to show or hid it
Fear,
Keep it to be a weakling
or keep it to learn and get stronger
But, can you see me
My heart still bound
I'm still weak because I can't move
please show your knife and release me
Free me, so I can fell away
Fly and drifting to you
cause when you show your knife
the big wall in front of me would be collapse
But, can you see me?
My heart still bound
I'm still weak because I can't move
please show your knife and release me
from the fear.
Minggu, 08 Mei 2011
Tentang Aku, Pagi, Bintang dan Namanya

Menatap Fajar
Ia tak menyakiti mata
Karena secercah dan seberkas
Venus menyapa pagi
Dengan senyumnya cantik
Hati ini tertawan lagi
Kabut merayap turun
Menjadi pelengkap selimut
Dingin lembab dan lembut
Mata terasa terkena lem
Tersipu wanginya anggrek
Yang menyisir tubuh seperti pel
Agak seperti kartu Tarot
Selalu teringat namanya seindah giok
Setiap pagi layaknya kado
Published with Blogger-droid v1.6.8
Kamis, 05 Mei 2011
Malam (2)
Inilah mengapa disebut Malam
Mentari lari bulan datang membawa sekarung bintang untuk ditaburkan di langit-langit hati ini
Angkasa yang merona menapak ke cakrawala panggil gelap untuk diberi sinar
Lukisan langit menorehkan namamu di sana antara konstelasi-konstelasi yang sedang berbaris
Anggunnya bulan menyanyi bintang menari-nari menemani aku yang bernyanyi untukmu
Membisik angin-angin ke telinga ku bersenandunh lirih menghantarkan perlahan-lahan kata cintaku padanya
Itulah mengapa disebut Malam
Dingin yang memberi kehangatan
Gelap yang memberi penerangan
Sepi yang memberi sapa
Mentari lari bulan datang membawa sekarung bintang untuk ditaburkan di langit-langit hati ini
Angkasa yang merona menapak ke cakrawala panggil gelap untuk diberi sinar
Lukisan langit menorehkan namamu di sana antara konstelasi-konstelasi yang sedang berbaris
Anggunnya bulan menyanyi bintang menari-nari menemani aku yang bernyanyi untukmu
Membisik angin-angin ke telinga ku bersenandunh lirih menghantarkan perlahan-lahan kata cintaku padanya
Itulah mengapa disebut Malam
Dingin yang memberi kehangatan
Gelap yang memberi penerangan
Sepi yang memberi sapa
Published with Blogger-droid v1.6.8
Rabu, 04 Mei 2011
Pertiwi yang Kasihan
Tunggu!
Apa yang kau pertanyakan kepada daun
Dia hanya menyaksikan tanpa bersaksi
Lalu mengapa tanganmu menggandeng dusta
Hingga membuat bungkam tangis anak kelaparan
Lalu?
Masihkah kakimu menapak wajah pertiwi
Dia tak pernah menggugat kelakuanmu
Dia hanya bisa menangisi kesakitannya
Hingga orang-orang terhanyut bah akibat
Kasihan, sungguh kasihan
manusia merintih tanpa memberi derita
pertiwi bersedih menahan sakit namun membawa nyawa
Akankah kau masih mau menggenggam dusta
Membuta, membisu dan menuli
Ketika sang Ibu sedang merintih rintih
Kasihan, sungguh kasihan
Apa yang kau pertanyakan kepada daun
Dia hanya menyaksikan tanpa bersaksi
Lalu mengapa tanganmu menggandeng dusta
Hingga membuat bungkam tangis anak kelaparan
Lalu?
Masihkah kakimu menapak wajah pertiwi
Dia tak pernah menggugat kelakuanmu
Dia hanya bisa menangisi kesakitannya
Hingga orang-orang terhanyut bah akibat
Kasihan, sungguh kasihan
manusia merintih tanpa memberi derita
pertiwi bersedih menahan sakit namun membawa nyawa
Akankah kau masih mau menggenggam dusta
Membuta, membisu dan menuli
Ketika sang Ibu sedang merintih rintih
Kasihan, sungguh kasihan
Published with Blogger-droid v1.6.8
Selasa, 03 Mei 2011
Siang
Inilah mengapa disebut Siang
Sinar terik yang terkadang mendung tetap dinantikan pepohonan seperti ku yamg menantikan sinarmu.
Ikatan waktu yang amat panjang untuk yang selalu berpeluh demi hidup.
Ada sebagian dari parasmu telukis di angkasa raya.
Namamu pun terbisik di antara desiran angin lewati seluk tubuh ini.
Gerak matahari yang berjalan lambat seolah memberiku tanda dengan cahayanya dimana dirimu berada.
Itulah siang pelukis hari dimana
para pembual sedang berkabung
untuk lisannya yang sedang bersopan untuk kantung nasi harapannya
Dan berpeluk diri untuk mengingat-ingat dia
Sinar terik yang terkadang mendung tetap dinantikan pepohonan seperti ku yamg menantikan sinarmu.
Ikatan waktu yang amat panjang untuk yang selalu berpeluh demi hidup.
Ada sebagian dari parasmu telukis di angkasa raya.
Namamu pun terbisik di antara desiran angin lewati seluk tubuh ini.
Gerak matahari yang berjalan lambat seolah memberiku tanda dengan cahayanya dimana dirimu berada.
Itulah siang pelukis hari dimana
para pembual sedang berkabung
untuk lisannya yang sedang bersopan untuk kantung nasi harapannya
Dan berpeluk diri untuk mengingat-ingat dia
Published with Blogger-droid v1.6.8
Langganan:
Postingan (Atom)