Minggu, 16 Desember 2012

Kah?

Bisa kah aku?
Ketika aku selalu tak terpaku
Waktu membatu
Jantung terpacu

Mampu kah aku?
Ketika selalu luka
Menapak duka
Memberkas terka

Dapat kah aku?
Mengayuh benar
Menjaga senar
Ejawantah tegar

Apa kah aku?
Tempat tepat
Laku lebat
Jiwa tambat

Kapan kah aku?
Menjadi jiwa
Untuk bunga
Terbahagia

Aku kah jelaga lentera?


Selasa, 06 November 2012

re etak terkeping

Wahai bualanku
Telah ku tinggal lama dirimu
Karena aku telah larut dalam bahagia
Dalam adonan kenikmatan cinta

Maafkan daku bualan
Ijinkan aku membual kembali
Ada hati yang sedang retak kini
Yang terlanjur menjadi bekas di kesimpulan

Hai bualan, kau tengah bersua
Dengan bukan siapa pun
Tak ada nilai yang terberi kala
Aku bersendu hati yang rabun

Pembual ini tak punya tempat
Dan tak menjadi tempat
Karena telah dihilangkan telinga
Dari sebuah bungkaman

Tapi pembual ini rela
Tetap ditulikan sampai ku terberi
Rela terbisukan sampai padam mentari
Walau sakit teramat setiap helanya

Wahai bualan yang ku rindu
Aku kau telah melapang
Membujur membusung kaku
Dan tegap menatap bintang

Kini tertinggal retak berkeping
Itu aku, sang pembual
Yang telah meretak berkepingan
Dan ketiadaan

Published with Blogger-droid v2.0.9

Sabtu, 03 Maret 2012

Iri, Mungkin....

Diriku sangat bahagia bersama cinta
Hingga lupa bagaimana rasanya bersyair
Diriku terlalu bahagia bersama cinta
Hingga tak pernah memberinya bait-bait

Kini aku iri, iri sekali
Mungkin aku cemburu
Dengan insan yang memburu mawarku
Penuh dengan puisi, ya aku iri, mungkin cemburu

Aku iri dengan apapun yang ia lakukan
Meski aku tahu, mawarku jadi masa depanku
Aku iri karena tak menghadiahi syair-syair kembali
Ya aku iri, mungkin cemburu

Pembual ini kini membual
Tapi sendiri saja, malu karena iri
Terimakasih iri, memberikan bualanku
Kembali lagi bualanku


Ya aku iri, mungkin..... cemburu

Jumat, 02 Maret 2012

Di Akhir Bulan Ketiga

Mawarku jauh disana
Mengernyitkan pangkal bunga
Demi di akhir bulan ketiga
Mendongak mengamati bulan

Terpa angin membuatnya bergidik
Dingin, tak sontak meluruhkan
Demi di akhir bulan ketiga
Berpindah pot, berganti tanah

Pembual dipeluk sirna
Menanti sapa dalam momentum
Demi di akhir bulan ketiga
Berduduk tak bergoyah

Sepinya kesepian meski bicara
Tertambal surat menyurat dengan ia
Demi di akhir bulan ketiga
Pelukku hanya lewat pena

Pembual ingin mawarnya
Memetik tangkai yang mustahil layu
Pada akhir bulan ketiga
Aku akan bisa mencium wangi mawarku

Rabu, 01 Februari 2012

Aku rindu, benar-benar rindu

Tak ada kata gurau didada
Tersapih angin malam kering merana
Aku butuh pertolongan dari penyelamat
Sesak ini menghujam terlalu rapat

Aku berdiri, jatuh tersungkur
Aku bernafas, sesak tersedak
Hatiku jatuh tersungkur karena cinta
Dan jiwaku sesak terjerat rindu

Aku rindu, benar-benar rindu

Berbalas surat hanya pelega dahaga
Raga tak kunjung melepas jerat
Aku rindu memelukmu erat
Aku rindu mengusap keningmu tanpa jelaga

Aku rindu, benar-benar rindu

Pagiku, siangku, malamku
Sepi dan tersepikan jarak
Tawa kala lelucon kawan
Aku rindu tertawa denganmu

Aku rindu, benar-benar rindu