Minggu, 13 Maret 2011

Bualan Tak Berakhir


segenggam pasir berjaya di atasku
angin lirih membisik-bisikinya
dentuman ringan menggetarkan raga
buwana lara terkikis tirta

Bunga ranum bukan pertanda
bidu dengan chandra tertutup hasta
intan tertatahkan di atas tiara sutra
sapu, tersapu dan terbang ke ranah tinta bualan

Langit memayungi roda terhenti
di tepian semesta ia terpana
oleh kilau nya dia yang berkedip
bermain-main mata

aku
lagi lagi
tersungkur di lautan hitam
di antara kegelapan yang bercahaya
gelap yang menyilaukan
dingin yang menghangatkan
sedikit kegilaan ciptaan Tuhan membuyarkan keajegan

Tapi aku disini tersungkur dengan bahagia
Chandra terpana Surya menyengir
Tak terkikis oleh indra walau secuil
menelusuk menelisik liuk-liuk koloid isi otak
otak yang penuh bualan

Dingin dinding membatasi kesadaran
Mata mulai tertahan oleh beratnya matahari
Peluh tertahan oleh pelipis sabit

ku mau ini bukan akhir bait
sehingga bualan ini tak ku akhiri
biarlah semakin ku gantung kalimat
dengan . . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar