Tak ubah nya sang fajar terpa kan cahayanya di antara sudut kamar ku,
sinarnya terbias di setiap helai benang yang menempel di gitar ku,
Tak ubahnya cahaya pagi mulai merintis hari, menunggu terik,
tak jemu ku duduk terdiam, di hadapan sebuah jalan yang panjang.
Salinan catatan-catatan buku seorang piawai,
Menduduki seluk beluk ranah kepala yang kekal,
Tak kunjung tiba sang sinar fajar ketika itu,
Tak jemu ku duduk terdiam, di hadapan sebuah jalan yang gelap.
Sinar fajar, bukakanlah sumbat di telingaku
Sinar fajar, lepaskanlah plester yang melekat di kelopak mataku
Sinar fajar, cerai beraikan aku dari bantal dan guling yang hinggap di tubuhku
Sinar fajar, sadarkanlah jiwaku dari cerita-cerita fiksi yang baru saja bertamu.
Agar ku dapat mencuri-curi waktu, kucing-kucingan dengan dewa keajegan
Berpaling dari senyawa-senyawa yang hinggap meraup waktu
Agar ku bebas, lepas, dari kerangkeng kerangka hampa
Hingga aku masuk dalam jalan penuh cahaya tanpa nista.
Tak ubahnya sang fajar menyirami jam dinding agar berdetak lambat
Kini aku berdiri menghadap jalanan yang panjang membentang.
(Jogjakarta, 08 Agustus 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar